Tafsir Al-Nahl 90: Nabi Tidak Mau Mengembalikan Sihir
Sabtu, 30 Juli 2016 13:02 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Inna allaaha ya'muru bial’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa ‘ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna".
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Spesial masalah al-baghyu, menjahati orang lain, baik fisis maupun psikis. Di kalangan ulama terdapat silang pandangan soal apakah Nabi Muhammad SAW mempan disihir atau tidak. Soal Nabi jatuh sakit dengan demam tinggi memang itu benar. Tapi apakah sakit itu karena disihir atau demam biasa, itulah persoalannya.
Ulama' sunny berpendapat "YA", bahwa Nabi jatuh sakit karena disihir oleh Labid ibn al-A'sham, dukun sihir papan atas berkebangsaan Yahudi. Dasar pendapat ini merujuk kepada Hadis dan dua surah al-mu'awidzatain, al-Falaq dan al-Nas. Dua ayat ini punya sabab nuzul terkait sakit Nabi ini, sekaligus menetralisir sihir yang menimpa, sehingga Nabi terbebas dan sembuh kembali. Mempannya diri Nabi hingga bisa tertembus sihir adalah hikmah dan pelajaran berharga, bahwa Nabi adalah manusia biasa dan bukan Tuhan.
Sedangkan ulama' Mu'tazilah menolak anggapan bahwa Nabi jatuh sakit karena tertembus sihir. Bagi mereka, sihir itu kerja syetan dan syetan tidak mungkin bisa mendekati diri Nabi yang maksum, apalagi menembusnya. Terkena sihir sungguh menjatuhkan prestise seorang Nabi, maka harus ditolak. Selanjutnya, bahasan ini mengambil pendapat pertama.