Deputi BNPT: Anak Muda Saat Ini Jadi Target Kelompok Radikal Teror
Editor: m mas'ud adnan
Kamis, 11 Desember 2014 22:58 WIB
BangsaOnline-Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti, Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan bahwa kelompok radikal teror saat ini telah menjadikan anak muda yang sedang dalam proses pencarian jati diri sebagai target untuk menjadi pelaku teror. "Pemuda yang cenderung labil secara psikologis dimanfaatkan oleh kelompok teror dengan propaganda tertentu," kata Agus Surya Bakti di hadapan 600 kiai NU Jawa dan Sumatera dalam Silaturahim Nasional tentang Penguatan Aswaja dan Penanggulangan Terorisme dalam Ketahanan Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok Jawa Barat.
Kelompok ini, kata Agus, melakukan brainwash (pencucian otak) interpretasi ajaran agama yang disesatkan dengan stimulus semu, bahwa nantinya pelaku akan mendapat ganjaran tertentu setelah mereka menumpahkan darahnya dalam "perjuangan" ini. "Para pemuda pun diajarkan teknis pembuatan bom secara otodidak dan latihan paramiliter dengan menggunakan senjata rakitan," kata Agus.
BACA JUGA:
Polda Jatim Kolaborasi dengan Ponpes Wali Barokah Bentengi Santri dari Pengaruh Radikalisme
Terima Pin Emas BNPT 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perangi Paham Radikal dan Terorisme
Bahas Premanisme dan Radikalisme, UBS PPNI Mojokerto Gelar Kuliah Pakar
Densus 88 Gelar Sosialisasi Kebangsaan di Lamongan
Ia menceritakan bukti keterlibatan para pemuda itu dalam aksi teror sejak kasus Bom Bali -1, Bom Gereja Kepunton, sampai aksi penembakan Pos Polisi Singosaren di Solo, serta Bom di Beji, Tambora dan Poso. "Semuanya dilakukan oleh pemuda dengan rentang usia 18-31 tahun. Tidak hanya menjadi martir, para pemuda yang tergabung dalam kelompok radikal terorisme juga telah memiliki kemampuan untuk melakukan propaganda, pengumpulan dana, pengumpulan informasi, perekrutan serta penghasutan dengan menggunakan media internet dan jejaring media elektronik lain seperti radio untuk kepentingan propaganda radikal teror," tegasnya.
Menghadapi kenyataan itu, kata Agus, BNPT melakukan dua strategi pencegahan. "Pertama, strategi deradikalisasi yang ditujukan kepada kelompok inti dan militan," katanya sembari menjelaskan bahwa strategi deradikalisasi adalah usaha "harm reduction" yang ditujukan untuk mengubah paradigma berpikir kelompok inti dan militan radikal terorisme agar tidak kembali melakukan aksi teror
Strategi kedua, jelas Agus, adalah kontraradikalisasi atau penangkalan idelogi. "Strategi ini ditujukan kepada seluruh komponen masyarakat agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh paham dan aksi radikal terorisme," katanya. Karena itu BNPT menggelar berbagai program seperti pelatihan antiradikal-terorisme kepada ormas, sosialisasi kepada segenap unsur pendidikan serta Training of Trainer (ToT) kepada sivitas lembaga pendidikan keagamaan dan sebagainya.