Muat Nabi Muhammad Lagi, Charlie Hebdo Terbit untuk Menghina
Selasa, 13 Januari 2015 22:00 WIB
Tak Tembak Perempuan
Drama penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, yang menewaskan 12 orang pada Rabu siang, 7 Januari 2015, lalu berlangsung cepat, tak sampai 5 menit. Tiba di lobi kantor itu, dua orang berpakaian gelap yang menenteng senapan Kalashnikov dan peluncur granat langsung menembak satu orang.
Korban pertama itu
adalah Frédéric Boisseau, seorang penjaga keamanan di gedung. Menurut seorang
saksi mata yang dikutip di media Prancis, para penyerang menembak Boisseau dan
melepaskan tembakan yang lain sehingga orang-orang berlarian ke atas. Teroris
pun naik ke lantai dua, tempat para kartunis dan wartawan rapat.
"Di mana Charb? Di mana Charb?" kata teroris itu. Charb yang dimaksud
adalah Stephane Charbonnier, pemimpin redaksi majalah satire itu. Mereka lalu
melepaskan tembakan di ruang redaksi. Charbonnier ditembak hingga meninggal. Di
ruangan itu, total sebanyak 10 orang tewas, termasuk Charbonnier dan 3 orang
kartunis.
Sigolene Vinson, seorang wartawan lepas, merupakan salah seorang saksi hidup
drama mengerikan itu. Perempuan yang lumayan cantik ini bersembunyi di lorong
di balik partisi, tapi salah satu dari teroris melihat dan meraih lengannya,
lalu menodongkan pistol di kepalanya.
Kepada media, Vinson mengatakan bahwa ia tidak akan dibunuh karena ia seorang
wanita. "Jangan takut, tenang, saya tidak akan membunuhmu,” katanya
menirukan teroris tersebut seperti dikutip oleh The New York Times.
Teroris itu berbicara dengan tegas dan tatapan tenang, "Kamu seorang
wanita. Tapi saya pikir apa yang Anda lakukan tidak benar. Ia kemudian
berpaling ke rekannya yang masih berupaya menembak, dan berkata, “Kami tidak
menembak perempuan! Kami tidak menembak perempuan!"
Hanya, Vinson belakangan membantah bahwa teroris itu meminta agar dia masuk Islam.
Sebelumnya, Radio France Internationale sempat mengungkapkan bahwa teroris itu
mengatakan kepada Vinson: “Anda harus masuk Islam, membaca Al-Quran dan memakai
jilbab."
Penyerangan brutal itu langsung mendapatkan reaksi masyarakata Prancis, bahkan
dunia. Ribuan orang berkumpul di alun-alun Place de la Republique di pusat kota
Paris, Rabu malam, menggelar aksi siaga dan banyak yang membawa plakat
bertuliskan “Je suis Charlie” atau “Saya Charlie”. Mereka menumpuk pulpen yang
mencerminkan kebebasan berekspresi dan membawa lilin untuk mengenang para
korban.
sumber : tempo.co.id