Menengok Cara Surabaya Merawat Toleransi

Menengok Cara Surabaya Merawat Toleransi Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, saat melakukan deklarasi damai ketika memperingati Sumpah Pemuda ke-94.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dengan jumlah populasi penduduk mencapai sekitar 3 juta orang,  menjadi kota terbesar kedua di Indonesia. Jutaan masyarakat yang berasal dari berbagai suku, ras, dan agama di Indonesia ini pun saling hidup berdampingan dengan menciptakan rasa toleransi dan keharmonisan di

Wali Kota , , mengatakan bahwa dari dulu hingga sekarang, masyarakat selalu menjunjung tinggi toleransi antar suku, ras dan umat beragama. Bahkan, saat pertempuran 10 November 1945, seluruh suku, ras dan agama yang ada di Indonesia turut berjuang bersama merebut kemerdekaan di .

Baca Juga: Korban Begal di Surabaya Tolak Ajakan Damai Pelaku

"Matur nuwun (terima kasih) untuk seluruh warga Kota yang telah menjaga perdamaian, yang telah menjaga persaudaraan satu dengan yang lainnya," kata Eri.

Perwujudan sebagai Kota Toleransi terus diperkuat pemerintah daerah setempat. Beragam upaya dilakukan Pemkot bersama seluruh elemen sebagai komitmen untuk menjaga kemajemukan, dan toleransi di .

Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024

Kampung Pecinan Kembang Jepun dan Kawasan Ampel

Kampung Pecinan Kembang Jepun dan Ampel berada di distrik Utara. Di sana, telah menjadi pembauran warga etnis Jawa, Madura, Cina, dan Arab. Mereka pun tinggal berdampingan di wilayah perkampungan.

Bahkan di kawasan ini, berdiri sejumlah rumah ibadah yang jaraknya tak kurang dari 1 kilometer. Sejumlah rumah ibadah itu terdiri dari klenteng, gereja, masjid, dan vihara. Meski warga yang tinggal di sana berbeda etnis dan keyakinan, selama ini mereka hidup berdampingan dan saling menghormati satu dengan lainnya.

Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Begal Perempuan di Surabaya

mengajak masyarakat untuk terus mengumandangkan bahwa adalah kota terbuka bagi seluruh golongan dan agama. Perasaan itupun diharapkan dapat terus ditularkan kepada anak cucu dan generasi penerus ke depan.

“Perasaan ini harus kita wujudkan terus kepada anak cucu kita. Saya yakin Insyaallah tidak ada radikalisme, tidak ada kekacauan, karena semuanya dijaga oleh arek-arek Suroboyo yang cinta perdamaian,” tuturnya.

Deklarasi Damai dan Silaturahmi Toleransi Kebangsaan

Baca Juga: Begal Perempuan Sasar Driver Taksi Online di Surabaya

Beragam upaya lain juga terus dilakukan Pemkot untuk menjaga kesatuan dan persatuan di . Di antaranya saat momentum Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2022. 

Dalam merefleksikan peringatan Hari Sumpah Pemuda, Deklarasi Damai dan Silaturahmi Toleransi Kebangsaan digelar setelah Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang berlangsung di halaman Balai Kota pada Jumat (28/10/2022). 

Deklarasi ini diikuti 38 komunitas perguruan bela diri di . Melalui Deklarasi ini, Pemkot mengajak mereka untuk bersama-sama menjaga keamanan dan kedamaian di Kota .

Baca Juga: ​SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional

Pada kesempatan itu, mengajak para pemuda dari komunitas bela diri dan perguruan silat turut ambil bagian dalam menjaga keamanan dan ketentraman di

“Karena kekuatan kita adalah semua elemen yang ada di Kota . Saatnya para pemuda ikut menjadi bagian, bukan hanya menjadi penonton tetapi juga menjadi bagian untuk ,” ucapnya.

Selain Deklarasi Damai, pada malam harinya pemkot juga menggelar Silaturahmi Toleransi Kebangsaan. Kegiatan tersebut dipusatkan di depan Tugu Pahlawan yang diikuti masyarakat dari berbagai suku dan agama yang tinggal di .

Baca Juga: Koridor V Trans Jatim Rute Surabaya-Bangkalan Resmi Beroperasi

Menariknya, kegiatan ini juga turut dimeriahkan pementasan seni budaya dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Di antaranya, Tari Remo dari Jawa Timur, Jaipong dari Sunda, Tati Sigeh Pengunten dari Lampung, Mocopat dari Penghayat Kepercayaan , Tarian Empat Etnis dari Suku Bugis, Tari Pasambahan dari Suku Minang, dan Kasuari Dance dari Papua.

Tak hanya sekedar penampilan lintas seni dan budaya. Namun, di momen itu juga dilaksanakan Doa Bersama Lintas Agama serta Deklarasi Kota Toleran oleh perwakilan berbagai suku dan pemuda di Kota

“Saya yakin, jikalau dengan pemuda-pemudanya yang hari ini membacakan Deklarasi Persamaan Satu Negara Indonesia, dalam darah kita terpatri NKRI harga mati,” kata Eri

Baca Juga: Info BMKG Senin 30 September: Sebagian Wilayah Jatim Hujan Ringan, Kalau Surabaya Begini

Pada kesempatan yang sama, Tokoh Ulama Nasional, Miftah Maulana Habiburrahman berharap daerah lain dapat mencontoh kerukunan masyarakat yang ada di Kota

Menurut dia, meski dihuni sekitar 34 suku bangsa, namun warganya tetap rukun dan saling menghormati antar satu dan lainnya. 

"Wong Indonesia (Orang Indonesia) kalau bisa akur (rukun) seperti di ini, Insyaallah menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur," kata Gus Miftah, sapaan lekatnya.

Baca Juga: Pengeroyokan di Surabaya, Korban Dilarikan ke RSUD Dr Soetomo

Selain Gus Miftah, Perwakilan Tokoh Agama Katolik, Yusi juga sangat mendukung keseriusan pemkot dalam menjaga keberagaman dan kesatuan di

“Biasa kami lakukan di Kota untuk doa dari masing-masing agama. Perayaan-perayaan agama pun kita mengadakan acara yang sama. Artinya, hal itu semakin menguatkan menjadi salah satu kota toleransi di Negara Indonesia,” kata Yusi.

Tokoh Agama Konghucu, WS Liem Tiong Yang menilai bahwa sangat layak menjadi pelopor kota toleransi dan keberagaman di Indonesia. Ia yakin, mampu menjadi barometer bagi daerah lain dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi umat beragama.

“Karena hampir semua suku di Indonesia ada di , sehingga bisa menjadi barometer bagi kota-kota lain karena keberagaman tetap terjaga di Kota . Masyarakat bisa melihat keberagaman dan kesatuan di dengan enjoy (nyaman) dan itu harus dijaga terus,” paparnya. (ari/mar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Emak-emak di Surabaya Kecewa Tak Bisa Foto Bareng Jokowi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO