"Dalam benak saya, persemaian nilai Nusantara dan Kebhinekaan dapat terbangun dalam satu proses yang saling mengenal keseharian mereka. Maka interaksi di asrama merupakan hal yang efektif," ucapnya.
Cara-cara konkret semacam ini yang kemudian membuat landasan kebhinekaan menjadi semakin kuat, utuh dan satu.
"Narasi kebhinekaan dan keindonesiaan serta multikultural harus banyak mengawal dan memberikan penguatan sehingga bisa ber Indonesia lahir batin," tegasnya.
Sementara itu, Rektor Ubaya, Benny Lianto mengatakan, di Indonesia tidak terlalu banyak tokoh yang berkiprah dalam konteks nasional. Bahkan, dirinya menilai bahwa anggapan yang mengatakan bahwa tokoh nasional adalah sosok yang berkiprah di Jakarta, tidaklah tepat. Sebab di sini, ada Gubernur Khofifah.
Beliau, kata dia, merupakan salah satu tokoh yang sudah memiliki reputasi politik, masyarakat dan level nasional yang mumpuni. Melihat rekam jejaknya sebelum menjabat Gubernur Jatim, Gubernur Khofifah pernah menjabat sebagai Menteri zaman Presiden Abdurahman Wahid dan Presiden Joko Widodo. Kemudian saat ini menjabat sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU.
"Maka beliau tokoh yang berkapasitas nasional. Hasil riset meletakkan Khofifah sebagai salah satu pemimpin bangsa. Karena itu, kita perlu mendengar gagasan beliau terkait dinamika dan arah perjalan bangsa saat ini dan ke depan. Saya yakin pikiran-pikiran kebangsaan akan dicurahkan Ibu Khofifah," tuturnya.
Turut hadir, Rektor Ubaya Benny Lianto, Ketua APTISI VII Wilayah Jawa Timur Suko Wiyono, Wakil Ketua IV DPRD Provinsi Jatim Sahat Tua Simanjuntak, Anggota Komisi A DPRD Provinsi Jatim Fredy Purnomo, Ketua Yayasan Universitas Surabaya Anton Prijanto, Ketua MUI Jatim, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Prov Jatim Pulung Chausar dan Kepala Biro Kesejahteraan rakyat Setda Prov. Jatim Gatot. (dev/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News