Produksi Gula dan Tebu di Jawa Timur Sumbang 49,55 Persen Nasional

Produksi Gula dan Tebu di Jawa Timur Sumbang 49,55 Persen Nasional Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

PALANGKARAYA, BANGSAONLINE.com - Produksi di Jawa Timur tahun ini mencapai 49,55 persen atau sebanyak 1.192.034 ton dari total produksi nasional sebanyak 2.405.907 ton. Sedangkan untuk produksi di Jawa Timur sebanyak 47,65 persen atau setara dengan 17.362.620 ton.

Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) itu, Jawa Timur kembali mempertahankan predikatnya sebagai provinsi dengan produksi dan tertinggi secara nasional.

Tidak hanya tertinggi secara nasional, produksi tahun ini juga mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun lalu, yakni sebesar 14.767.763 ton atau 47,63 pesen dari produksi nasional dan menghasilkan sebesar 1.087.415 ton. 

Sementara provinsi peraih posisi kedua ialah Lampung dengan persentase 30 persen atau sebanyak 723.707 ton, dan ketiga ialah Jawa Tengah dengan persentase 7 persen atau sebanyak 169.962 ton.

Jika dirinci, produksi kabupaten/kota tertinggi di Jawa Timur tahun ini di posisi pertama ialah Malang sebanyak 3.102.260 ton, kedua Lumajang dengan hasil sebanyak 2.225.963 ton, dan ketiga ialah Jombang sebanyak 1.217.931 ton.

Gubernur mengatakan bahwa peningkatan produksi ini diharapkan dapat menjadi modal bagi Indonesia mewujudkan swasembada , dan Jawa Timur sebagai barometer nasional. Mantan Menteri Sosial itu juga berpesan agar para petani memanfaatkan transformasi digital dalam proses pengolahan hingga menjadi .

"Dengan menggunakan sistem digital, tentunya kualitas juga akan ikut meningkat karena lebih produktif dan efisien. Sehingga dapat termonitor mulai dari mencari bibit yang baik, lalu proses panen termasuk transparansi kadar redemen ," ujarnya saat melakukan Misi Dagang di Palangkaraya, Selasa (13/12/2022).

Gubernur pun mengingatkan agar para petani terus merawat komunikasi dan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian, dalam hal untuk mengasilkan kualitas bibit agar menghasilkan kadar rendemen yang baik. Menurut dia, jika berasal dari bibit yang baik, dan memiliki kualitas baik serta bongkar ratunnya terukur, tingkat rendemennya juga akan baik.

"95 persen petani di Jatim adalah petani rakyat. Petani rakyat bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku peran. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani rakyat, APTRI, pabrik maupun PTPN ini harus terkonsolidasi dengan baik," ujarnya.

Sementara itu, Dinas Perkebunan Jawa Timur mencatat, setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi . Pada 2020 sebanyak 13,8 juta ton dengan rendemen sebanyak 7,15, sementara pada 2021 sebanyak 14,7 juta ton atau dengan rendemen sebanyak 7,35.

Di mana peningkatan produksi ini juga dihasilkan dari inovasi yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Jawa Timur, yakni dengan program 'Timbangan Tebu' (Integrasi Ketersediaan Bahan Baku dan Manajemen Tebang Angkut Berdasarkan Klaster PG Berbasis Tebu).

"Inovasi ini mensinergikan masing-masing peran dari setiap pemangku kebijakan," ujar Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur Heru Suseno.

Inovasi 'Timbangan Tebu' tersebut, diimplementasikan dengan kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan antara lain Bongkar Ratoon, Rawat Ratoon, Perluasan Areal Tebu dan Kebun Keragaan Pengembangan Warung Tebu.

Di samping itu Dinas Perkebunan Jawa Timur juga melakukan monitoring ke Pabrik Gula, Dinas Perkebunan Prov. Jatim untuk memberikan edukasi kepada petani melalui Pelatihan Budidaya Tebu yang baik dan benar sesuai Good Agricultural Practice (GAP) bekerjasama denhan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).

"Dimana program ini juga mendorong terbentuknya pendekatan klasterisasi Pabrik Gula (PG) menjadi 6 klaster antara lain Klaster Madiun, Klaster Mojokerto, Klaster Malang, Klaster Kediri, Klaster Probolinggo, dan Klaster Situbondo," imbuhnya.

Dengan pendekatan klasterisasi PG, Heru menambahkan, diharapkan lalu lintas pengiriman dapat lebih efektif dan efisien sehingga tidak mengurangi potensi rendemen akibat waktu perjalanan yang terlalu lama dan sesuai dengan kategori Manis, Bersih dan Segar (MBS). (dev/mar)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO