The Mukaab bukan Tempat Ibadah dan Saingi Ka'bah, Tapi untuk Bisnis dan Pariwisata

The Mukaab bukan Tempat Ibadah dan Saingi Ka The Mukaab. Foto: ummid.com/tempo

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Prof KH Nadirsyah Hosen, Ph.D, Rais Syuriah Pengurus Cabang Instimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Australia-Selandia Baru mengatakan bahwa The Mukaab, gedung raksaa, yang dibangun Putra Mahkota Saudi Arabia Muhammad Bin Salman (MBS) bukanlah untuk menyaingi Ka’bah.Melainkan untuk kepentingan ekonomi dan pariwisata.

Seperti ramai deiberitakan, Kerajaan Arab Saudi  - dalam hal ini MBS - berambisi memabangun proyek raksasa The Mukaab. Proyek akbar The Mukaab diperkirakan selesai pada 2030.

Baca Juga: Di Depan Ka'baitullah, Khofifah Minta Cicit Syekh Abdul Qadir Jailani Doakan Kemaslahatan Indonesia

MBS  tak mau ada yang menghalangi. Bahkan 47 warga Saudi Arabia ditangkap karena rumahnya menolak digusur. Menurut laporan Middle East Eye, 47 warga dari suku Howeitat di Arab Saudi ditahan aparat keamanan setempat. Alasannya karena menolak penggusuran untuk memberi jalan bagi proyek kota NEOM, lokasi The Mukaab berdiri.

Menurut Gus Nadir, panggilan akrab Prof Nadirsyah Hosen, meski bentuknya kubus menyerupai baitullah, tapi bukan dibangun untuk tempat ibadah atau menyangi Ka’bah seperti anggapan sebagian warganet selama ini. Apalagi ada yang mengatakan bahwa MBS membuat ka’bah sendiri.

Gus Nadir menilai anggapan itu terlalu lebay. Mukaab, tegas Gus Nadir, ukurannya jelas lebih luas dan tinggi, 400 meter. Bahkan kapasitasnya disebut-sebut memuat 20 gedung pencakar langit.

Baca Juga: [HOAKS] FIFA Batalkan Kemenangan Qatar atas Timnas Indonesia Usai Pastikan Wasit Curang

Gus Nadir mengungkapkan bahwa Mukaab bakal menjadi ikon pariwisata dan bisnis di Arab Saudi untuk bersaing dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan .

“Bukan niat ibadah atau menyaingi Ka’bah. Jadi nggak ada hubungannya seolah bikin Ka’bah kedua. Jauh banget lah tuduhannya,” kata Gus Nadir dikutip NU Online.

Para penguasa Arab kini memang sedang berlomba untuk membangun gedung termegah dan tertinggi di dunia. Gus Nadir memberi contoh pembangunan Abraj al-Bait (Makkah Tower) yang dibangun di depan Masjidil Haram. Bangunan ini menjadi bangunan tertinggi ke-3 di dunia. Bahkan jam terbesar di dunia.

Baca Juga: Haramkan Maulidan dan Wayang, Nyali Ustad Wahhabi Ciut soal Miss Universe Asal Saudi

Di Dubai, tutur, Gus Nadir juga punya Burj Khalifa yang populer sebagai gedung termegah dan tertinggi di dunia. “Seperti Indonesia yang punya Monas, UAE punya Burj al-Khalifa, India punya Taj Mahal atau Amerika punya Patung Liberty,” kata dosen Monash University Australia itu.

Menurut Gus Nadir, Arab Saudi berambisi meningkatkan pemasukan ekonomi lewat sektor pariwisata, tak hanya mengandalkan sumber ekonomi dari haji dan umrah saja.

“Mereka (Arab Saudi-Red) hendak menarik turis dan pebisnis yang selama ini lebih memilih pelesiran ke UAE atau ,” kata Gus Nadir.

Baca Juga: Arab Saudi Pamerkan Rancangan Sirkuit Qiddiya

Pantuan BANGSAONLINE saat umrah awal Januari 2023 lalu, memang mulai ada turis bule wanita yang datang ke beberapa tempat di Makkah. Mereka mengenakan celana dan kerudung sekenanya. Mereka menerobos kerumunan jemaah umrah untuk memotret atau merekam beberapa masjid dan momen yang dianggap menarik.

"Mereka muslim apa bukan. Kalau mereka bukan muslim, berarti luar biasa," kata seorang jemaah umrah heran. Ia mengatakan itu terkait status Makkah sebagai tanah suci atau tanah haram. (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Prof KH Imam Ghazali: Ajaran Wahabi Sudah Tak Relevan, Raja Saudi Tertarik Islam Moderat':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO