Ia menyatakan, Antropometri Kit merupakan alat baru dan tersandarisasi dari Kementerian Kesehatan. Ning Ita berharap, bayi yang diukur melalui penimbangan dan pengukuran tinggi badannya ini semua datanya adalah data yang diakui, sehingga nanti dilaporkan oleh Dinkes ke aplikasi RPP DBM
"Semoga, adanya alat yang tersandarisasi dari Kemenkes ini, data yang kita sajikan terkait dengan jumlah balita stunting ini benar-benar data real, yang angkanya semakin hari harus semakin menurun, yang menunjukkan bahwa jumlah stuntingnya menurun," ucapnya.
"Kader motivator semakin semangat karena ini tugas kemanusiaan, tugas kita yang melayani masyarakat, karena ini menjadi bagian dari amal jariyah untuk bekal kita nanti di akhirat," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes PPKB Kota Mojokerto, Farida Mariana, menyebut kegiatan hari ini difokuskan dalam rangkaian penanganan dan pengendalian stunting di Kota Onde-Onde. Menurut dia, prevalensi stunting di Kota Mojokerto sebenarnya sudah jauh lebih rendah dari pada target nasional maupun provinsi.
"Target nasional adalah 14 persen atau di bawah 14 persen, sementara prevalensi stunting di Kota Mojokerto untuk tahun 2022, alhamdulillah sudah mencapai 3,12 persen berdasar data RPP DBM," ujarnya.
"Angka ini terus menurun hingga kemarin di akhir bulan September prevalensis stunting Kota Mojokerto sudah mencapai 2,26 persen. Sesuai amanah dari ibu Walikota, bahwa kita harus tetap terus semangat, karena targetnya adalah Zero news stunting tahun 2024," tuturnya. (ris/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News