Seandainya tidak menggunakan JKN, Chinta tidak bisa membayangkan akan mengeluarkan biaya berapa banyak. Meskipun ia memutuskan untuk naik kelas ke kelas yang lebih tinggi tingkatannya dan harus membayar selisih biaya, namun ia merasa terbantu.
"Kalau tidak pakai JKN, kata keluarga yang sudah pengalaman itu sekitar Rp10 juta. Saya kemarin naik kelas, jadi membayar selisih biayanya sekitar Rp2 juta. Kalau tidak pakai JKN malah habis berapa saya," ucapnya.
Sebagai peserta Pekerja Penerima Upah (PPU), Chinta mengaku tidak keberatan membayar iuran JKN setiap bulan dari gajinya. Menurutnya, membayar iuran JKN itu seperti menabung. Ditambah lagi ia telah merasakan manfaatnya, ketika membutuhkan pelayanan kesehatan tidak khawatir karena bisa menggunakan JKN.
"Saya tidak keberatan membayar iuran JKN, jadi kita seperti menabung. Kalau sakit atau ada musibah apa tetapi kita tidak punya uang untuk biayanya bagaimana? Kalau sudah ada JKN kan tidak khawatir," ujarnya sambil tersenyum.
Oleh karenanya, Chinta mengimbau agar masyarakat memanfaatkan JKN untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain mudah, menurut Chinta, pelayanannya juga cepat dan ramah.
"Karena pengalaman saya pakai JKN itu enak, gampang, dan bermanfaat sekali. Jadi kenapa tidak pakai JKN saja kalau berobat. Pelayanannya juga cepat dan ramah," kata Chinta.
Ia berharap, BPJS Kesehatan bisa mempertahankan pelayanan JKN yang sudah baik seperti saat ini, sehingga masyarakat bisa merasakan manfaatnya tanpa merasa kesulitan.
"Semoga BPJS Kesehatan kedepannya pelayanannya tetap sama seperti saat ini. Pelayanannya ramah, mudah, cepat dan tidak ribet. Kalau ada orang yang butuh sekali tidak merasa kesulitan," pungkasnya. (uji/BPJS Kesehatan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News