BBM Turun, Organda Enggan Turunkan Tarif, Pengamat: Harusnya Bisa Lebih Murah

BBM Turun, Organda Enggan Turunkan Tarif, Pengamat: Harusnya Bisa Lebih Murah Petugas SPBU mengisi BBM di sepeda motor konsumen. Mulai Januari mendatang harga BBM jenis premium dan solar turun.

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Organda Adrianto Djokosoetono mengatakan, tarif angkutan umum tidak bisa diturunkan meski pemerintah telah memastikan penurunan harga mulai 5 Januari 2016. Besaran penurunan harga teralu kecil sehingga belum bisa menutupi biaya operasional.

"Tarif angkutan umum tetap normal dan sesuai batas tarif yang sesuai aturan," kata Adrianto dilansir dari republika, Minggu (27/12).

Baca Juga: Gandeng UPT Metrologi Legal Sidoarjo, Polisi Cek SPBU

Adrianto menjelaskan, para pengusaha angkutan umum sangat tertekan dengan membangkaknya biaya perawatan dan operasional akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Harga dolar yang semakin mahal membuat harga spare part kendaraan ikut melambung.

Sehingga, lanjut dia, harga jenis premium yang turun Rp 150 per liter dan solar turun Rp 750 per liter, tidak cukup menutupi kenaikan biaya perawatan dan operasional.

"Dengan kondisi saat ini, penurunan idealnya lebih dari 20 persen baru bisa terasa manfaatnya," kata dia.

Baca Juga: Pengawasan Terakhir Sebelum Lebaran, Disperdagin Kota Kediri Tak Temukan Kecurangan di SBPU

Pemerintah memang sudah mengumumkan adanya penurunan harga bahan bakar minyak (). Premium RON 88 menjadi Rp 7.150 per liter dan solar menjadi Rp 5.950 per liter.

Namun seharusnya harga bisa lebih murah dari angka tersebut. Pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy menghitung dengan harga minyak WTI 37 dolar AS dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp14 ribu, maka harga RON 88 adalah Rp 4.250 perliter, sudah dengan memperhitungkan keuntungan 25 hingga 30 persen.

"Jika dibebani lagi dengan dana ketahanan energi dan energi terbarukan, jelas harga RON 88 tidak lebih dari Rp 4.500 per liter," ujarnya. Menurut dia, kebijakan seperti inilah yang memberi kesan ke pemilik modal global bahwa pemerintahan sekarang lebih berpihak ke pemodal sebagai wujud menarik investasi asing.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Polisi di Sidoarjo Tinjau SPBU

Indonesia dianggap hendak mengambil manfaat dari rivalitas AS dengan Cina. Namun nyatanya proyek kereta api cepat dan sejumlah investasi infrastruktur lain yang dilaksanakan Cina malah menunjukkan rentannya ekonomi politik bebas aktif yang diamanahkan konstitusi. Itu sebabnya pada 2016, Ichsanuddin memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp 14.000 Hingga Rp 14.500.

"Saya kira ini akan membangun sikap waspada rakyat agar mengantisipasi kualitas kerentanan ekonomi dan politik pada 2016," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah akhirnya menurunkan harga premium dan solar. Harga premium menjadi Rp 7.150 per liter dan solar menjadi Rp 5.950 per liter. Harga baru tersebut mulai berlaku pada 5 Januari mendatang. (rol/rev)

Baca Juga: Antisipasi Kecurangan Pegawai SPBU, Polres Bangkalan Tinjau Harga dan Ketersediaan BBM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO