Menkopolhukam Luhut Kesandung Panama Papers, Pihak Istana Ngaku Belum Tahu

Menkopolhukam Luhut Kesandung Panama Papers, Pihak Istana Ngaku Belum Tahu Luhut Binsar Pandjaitan.

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Lagi-lagi nama Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan disebut dalam kasus besar. Jika sebelumnya disebut dalam kasus Freeport, kali ini nama Luhut muncul dalam dokumen Panama Papers. Ia disebut sebagai direktur sebuah offshore company bernama Mayfair International Ltd, yang berbasis di negara bebas pajak, Seychelles. Lalu, apa tanggapan RI-1 dan RI-2?

Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang beberapa kali berseberangan dengan Luhut, memilih berhati-hati dalam memberi komentar. Lewat juru bicaranya, Hussein Abdullah, Kalla menjelaskan, keberadaan nama Luhut di Panama Papers perlu dipastikan dan dipelajari lebih dulu. Pasalnya, seseorang yang namanya terdapat dalam Panama Papers bukan berarti berbuat kejahatan.

Hussein mengaku tak tahu apakah nantinya Kalla juga akan memanggil Luhut untuk meminta klarifikasi perihal Panama Papers. Hussein enggan berspekulasi soal itu.

"Sejauh yang saya tahu, belum ada rencana memanggil dia. Mungkin bisa ditanyakan ke Istana (Presiden)," ujarnya.

Juru bicara Presiden Joko Widodo, Johan Budi Sapto Pribowo, enggan berkomentar tentang keberadaan nama Luhut di Panama Papers. Apalagi dia juga belum membaca data Panama Papers yang mencantumkan nama Luhut beserta anggota keluarganya. "Saya belum tahu, baca datanya saja belum. Coba saya ditanya lagi hari Senin nanti," tuturnya.

Johan pun mengaku belum tahu apakah Presiden Jokowi akan memanggil Luhut juga nantinya.

Adapun Luhut menyatakan tidak pernah mengenal perusahaan bernama Mayfair. "Saya tidak kenal," katanya kepada Tempo, Kamis, 21 April 2016.

Panama Papers adalah bocoran dokumen dari firma hukum Mossack Fonseca. Kantor pengacara yang berbasis di Panama ini terkenal memiliki spesialisasi membuat perusahaan offshore rahasia di kawasan suaka pajak, seperti British Virgin Islands. 

Dokumen Mossack Fonseca bocor pada awal 2015 pada surat kabar Jerman, Suddeustsche Zeitung. Koran ini kemudian memutuskan bekerja sama dengan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), yang berbasis di Washington, DC, Amerika Serikat. ICIJ lalu mengorganisasi kolaborasi investigasi global dengan hampir 400 jurnalis dari seratus media di seluruh dunia, termasuk dengan Tempo dari Indonesia.

Sumber: Tempo.co

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO