UN Lebih Tepat sebagai Media Pengukur Kompetensi, Bukan Indikator Kelulusan

UN Lebih Tepat sebagai Media Pengukur Kompetensi, Bukan Indikator Kelulusan Kakundoko, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Wacana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menghapus ujian nasional (UN), sepertinya masih menuai pro-kontra. Sebagian pihak menilai, wacana tersebut sangat positif dan berharap segera direalisasikan. Akan tetapi tak jarang pula, pihak-pihak yang menganggap wacana tersebut terkesan mengada-ada dan sepatutnya dianulir.

Kepala Dinas Pendidikan (Diknas) Kabupaten , Sakundoko berpendapat, wacana penghapusan UN sangat positif bagi keberhasilan dunia pendidikan. Sebab penerapan UN selama ini dipandangnya sebagai upaya menjustifikasi sebagian mata pelajaran.

"Seakan-akan hanya mata pelajaran penting yang diujikan. Padahal banyak sekali mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, namun tidak masuk dalam UN," kata Sakundoko, dalam siaran persnya, Kamis (8/12/2016).

Selain dianggap mengesampingkan beberapa mata pelajaran, lanjut dia, pelaksanaan UN juga berdampak secara psikis terhadap ‎anak didik. "Anak didik seperti mendapatkan beban, yang hasilnya juga tidak akan baik," terangnya.

Sakundoko sangat setuju seandainya pelaksanaan UN hanya sekadar sebagai media pemetaan dan bukan sebagai indikator penentuan lulus ataupun tidak lulus.

Pendapat ini juga dibenarkan, H Effendi Budi Wirawan, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten .

Pentolan parpol pemilik tujuh kursi parlemen itu mengatakan, standar pemberlakuan indikator kelulusan tidak bisa dilaksanakan secara generalisasi. Sebab perlu disadari, ketersediaan insan pendidikan serta fasilitas pendidikan selama ini diakuinya masih terjadi banyak kesenjangan. Daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, tentu tidaklah sama fasilitas yang diterima. Baik dari sisi kuantitas serta kualitas pelaku pendidikan serta fasilitas penunjangnya.

"Sehingga output yang dihasilkan dari proses belajar-mengajar juga akan berbeda. Jadi sangat tidak tepat, kalau UN dijadikan sebagai indikator penentu kelulusan siswa didik," timpal Effendi, di tempat terpisah.

Politisi beringin ini lebih sependapat, seandainya UN hanya dijadikan media pengukur kompetensi siswa didik. "Hasilnya tidak akan objektif, seandainya UN tetap dilaksanakan dan dijadikan sebagai indikator penentu kelulusan," tegasnya. (yun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO