Pidato Mega di HUT PDIP Dinilai Lecehkan Islam dan Pancasila, PPP: Dia Tidak Paham Agama

Pidato Mega di HUT PDIP Dinilai Lecehkan Islam dan Pancasila, PPP: Dia Tidak Paham Agama

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Pidato politik Ketum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada peringatan HUT PDIP ke-44 menuai kecaman. Salah satunya berasal dari Politikus senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Habil Marati.

Politikus asal Sulawesi Tenggara ini menyindir pidato Megawati yang menyebut 'kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab'.

Menurutnya, Megawati tidak paham posisi agama dalam prespektif penciptaan manusia, bahwa agama Islam bukan budaya Arab. Atas hal itu, Megawati dinilai tidak paham agama.

"Megawati tidak paham Agama, dan tidak tau beragama. Islam turun di tanah Arab dan pada orang Arab, tapi Allah mengutus Nabi Muhammad bukan untuk mewakili orang Arab dan tanah Arab dalam kenabiannya. Nabi Muhammad mewakili seluruh umat manusia sepanjang zaman," ujar Habil Marati di Jakarta, dikutip dari RMOL.co Kamis (12/1).

Demikian juga soal landasan ideologi tertutup terkait desakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dipenjara.

"Jadi kalau orang Islam menuntut Ahok untuk dipenjarakan karena menistakan Al Quran ini bukan budaya Arab, dan ini pula bukan ideologi tertutup dan bukan pula dogma," kata Habil.

Mantan anggota DPR RI periode 1999-2010 ini menilai, Megawati hanya membacakan teks pidato yang disusun tim di PDIP.

"Megawati hanya baca teks saja. Dan sekaligus Megawati tidak mengerti Pancasila di mana sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Bisa dikatakan sekularisasi UUD 45 menjadi UUD 2002 adalah bertentangan dengan Pancasila, artinya Megawati melecehkan dua sekaligus hal yang paling prinsipil yaitu agama dan Pancasila," katanya dilansir Poskotanews.com.

Anggota Komisi III DPR Raden Muhammad Syafi’i menilai pidato Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri pada HUT ke-44 PDIP yang ke 44 lalu, bukan ditulis langsung oleh Megawati, tapi oleh penulis pidato. Menurutnya, dalam pidato itu, baik penulis maupun Mega tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang apa yang diucapkan dan yang dituliskannya.

”Megawati sebagai pembaca pidato yang dibuat orang lain itu saya yakin sama-sama tidak memahami dan memiliki pengetahuan agama yang cukup baik sehingga bisa berbicara dan menulis pidato yang demikian menyakitkan umat Islam,” imbuhnya.

Menurut Syafi’i, mereka tidak memahami kultur dan semangat religiusitas di Indonesia. Kehidupan beragama di Indonesia selama ini sudah berjalan dengan baik, kerukunan umat beragama juga sudah terawat dengan baik. Tentu, ini karena dipelihara oleh masing-masing pemeluk agama dan terutama sikap tolerannya pemeluk Islam.

“Karena itu kalau berbicara hendaknya disesuaikan dengan kapasitas. Jika kehidupan setelah kematian (akhirat) dikatakan ramalan-ramalan, jelas mereka tidak memahami itu. Ini masalah keimanan,” katanya.

Sangat riskan bagi kerukunan di negeri ini kalau bicaranya seperti itu. Ia mengimbau kepada semua pemimpin yang ada di republik untuk berbicara sesuai kapasitas dan menjaga persatuan dan kesatuan, merawat kerukunan umat beragama.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO