Tafsir An-Nahl 104-105: Konsep Agama itu dari Tuhan, Bukan Ngarang

Tafsir An-Nahl 104-105: Konsep Agama itu dari Tuhan, Bukan Ngarang

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com - Inna alladziina laa yu’minuuna bi-aayaati allaahi laa yahdiihimu allaahu walahum ‘adzaabun aliimun (104). Innamaa yaftarii alkadziba alladziina laa yu/minuuna bi-aayaati allaahi waulaa-ika humu alkaadzibuuna (105).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Ayat studi sebelumnya bertutur tentang orang-orang kafir yang menuduh diri nabi Muhammad SAW sebagai pernah belajar ke guru rahasia di luar arab. Tujuannya untuk menista agama Islam sebagai kreasi guru spiritual, hasil syudi, ngarang sendiri dan bukan murni wahyu dari Allah SWT.

Lalu dibantah, bagaimana mungkin si guru yang non-arab dan tidak mengerti bahasa arab bisa mengajarkan al-Qur'an yang berbahasa arab dengan nilai sastra mengagumkan di atas sastra arab (103). Bahasa arabnya wong arab adalah bahasa arab budaya, sedangkan bahasa arabnya al-qur'an adalah bahasa arab wahyu. Pastilah, wahyu jauh lebih di atas segala-galanya ketimbang sekadar kreasi manusia.

Ayat studi ini menyindir bahwa orang-orang kafir suka berbuat bohong dengan mengarang-ngarang materi agama. Apalagi konsep teologis, karena memang tidak ada dasar dari Tuhan. Yang ada adasarnya dari Tuhan hanyalah agama Islam. Konsepnya tegas dan bisa diuji. Hanya satu Tuhan, yaitu Allah SWT, Muhammad SAW sebagai utusan dan al-Qur'an sebagai kitab panduan. Sampai sekarang, al-Qur'an terus menantang ilmuwan, silakan cari kesalahan al-Qur'an.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Terkait keaktualan tafsir, di mana saat ini umat kristiani sedang merayakan hari Natal yang diyakini jatuh pada tanggal 25 Desember dan umat Islam juga memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW, maka dipandang pantas untuk mengemukakan pendapat para pakar agama soal itu. Bukan untuk menghujat konsep teologi agama lain, melainkan murni sebuah kajian akademik yang bisa dibantah, bisa dipercaya, bisa dijadikan pertimbangan berpikir dan bisa pula digugurkan dan dibuang.

Kita ambil seputar tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Yesus. Ahli sejarah dunia sepakat bahwa nabi Muhammad SAW lahir hari Senin, tanggal 12 Rabi' al-awal tahun Gajah atau 20 Agustus 570 M. Tahun Gajah yang dimaksud adalah tahun di mana Abraha bin Shabah al-Asyram, raja kafir Yaman yang benci terhadap pamor Ka'bah di kota Makkah. Dia tersinggung dan marah besar.

Lalu datang ke Makkah hendak menghancurkan Ka'bah dengan pasukan bergajah, kayak buldoser menghancurkan bangunan. Tuhan yang punya Ka'bah turun memerintahkan pasukan burung kecil, Ababil menghadapi. Pasukan gajah luluh dan lumat bagai rumput dikunyah-kunyah ternak.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Hebatnya, semua umat Islam, dari yang kanak-kanak hingga yang kakek-kakek mengerti tanggal ulang tahun Nabinya, hal mana belum tentu hafal tanggal kelahirannya sendiri. Sungguh mukjizat nyata yang tak tertandingi. Shalla Allah 'alaik.

Berbeda dengan tanggal kelahiran Yesus. Karena lebih klasik, maka wajar pencatatannya banyak versi dan susah dipastikan kebenarannya. Berikut ini catatan para ahli sejarah, sekaligus para pakar agama, antara lain:

Pertama, Prof. Herber Muller: "... tidak ada seorang pun yang tahu pasti tanggal yang tepat bagi kelahiran Yesus. Gereja-gereja Barat memilih 25 Desember karena sesuai dengan tradisi kafir". (The Use of The Past : p.148).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

Kedua, J.L. Ch. Abinemo, menambahkan: "… Clemen dari Iskandaria menunjuk kelahiran Yesus tanggal 25 Pachon atau 20 Mei yang oleh banyak ahli disinyalir mendekati kebenaran (?).

Ketiga, umat kristiani Mesir mula-mula merayakan natal pada tanggal 6 Januari pada abad ketiga. Hal itu merujuk pada hari kelahiran Aion, Dewa tipe Hellines dalam kepercayaan Mesir kuno.

Keempat, justru gereja Yunani bisa disebut sangat hati-hati dan ketinggalan dalam hal menentukan tanggal kelahiran Yesus. Sejarah mencatat, sampai abad keenam atau tepatnya tahun 530 M, mereka masih merayakan natal pada tangga 7 Desember, bukan 25.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Dua Nabi, Bapak dan Anak

Kelima, akhir abad keempat, gereja Roma merayakan hari Natal, kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Tanggal ini diambil dari hari perayaan para penyembah berhala, kepercayaan animistik, penyembah Dewa Matahari Sol Invictus dalam kepercayaan Mesir kuno. (Abineno: Ibadat Jemaat, p.64).

Tanggal itu, posisi matahari pada titik akhir dan mulai bergeser mendekati katulistiwa kembali. Jadi, di belahan bumi yang selama ini gelap karena tidak ada matahari, mulai gembira karena tanggal itu matahari mulai balik dan muncul lagi. Maka manusia patut bergembira dengan Dewa Matahari yang memberi pencahayaan dan kehidupan. Karena kegelapan teologisnya, maka Matahari dianggap Dewa dan disembah.

Dean Farar menambahkan: "... bahwa penetapan natal pada tanggal 25 Desember adalah keputusan pendeta Dionysios Exiguris atas perintah Paus Liberius tahun 530 M. (Life of Christ).

Baca Juga: Usia Nabi Nuh 1.000 Tahun, Tapi "Gagal" Dakwahi Umatnya, Ini Perbedaan-Persamaan dengan Nabi Luth

Keenam, soal kelahiran nabi Isa A.S. ini al-Qur'an hanya menyinggung, bahwa kelahirannya tepat pada saat musim buah kurma berbuah masak atau ruthab. (QS. Maryam: 25). Penulis pernah ke daerah sekitar kelahiran Yesus dan bertanya sendiri, kapan biasanya musim kurma berbuah masak (ruthab)?. Jawabnya, sekitar Juli hingga September. Ini sekadar paparan ilmiah untuk menambah khazahan pengetahuan dan selanjutnya berpulang pada kebebasan pembaca.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO