Puluhan Wanita Gelar Aksi Merajut di Alun-alun Pacitan

Puluhan Wanita Gelar Aksi Merajut di Alun-alun Pacitan Komunitas Rajut Pacitan saat menggelar aksi merajut di Alun-alun Pacitan.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Suasana memperingati Hari Merajut Sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Juni lalu masih begitu terasa. Hal ini terjadi ketika Komunitas Rajut (KRP) mengadakan World Wide Knit In Public (WWKIP) atau merajut bersama di tempat umum.

Tangan-tangan mereka yang terampil membentuk pola sesuai keinginan dengan berbagai hasil karya. Seperti boneka, sarung tangan anak, tempat tisu, dan bros. Kendati duduk di pinggir jalan di bawah teriknya sang surya, tidak mengurangi semangat sekitar 40-an kaum hawa untuk mengekspresikan kemampuannya dalam merajut.

Wiken Astuti, salah satu Koordiator Komunitas Rajut (KRP) mengungkapkan, Hari Merajut Sedunia sudah tahun ketujuh diperingati di seluruh dunia. Seni rajut menjadi warisan dunia dan digemari oleh masyarakat internasional. Keterampilan itu ternyata juga sudah dilakukan oleh orang-orang di berbagai negara di belahan bumi.

"Budaya merajut juga sudah dilakukan orang Eropa sedari dulu. Mereka merajut membuat syal dan pakaian hangat karena memang di sana dijumpai musim dingin," katanya, Selasa ( 13/6) .

Seni merajut ada dua macam, yakni merajut dengan satu jarum (croshet) dan merajut dengan dua jarum (knitting). Rajutan satu jarum biasanya dilakukan penduduk negara-negara dengan iklim tropis. Sementara kalau yang dua jarum dengan hasil rajutan lebih padat dan rongganya kecil dilakukan oleh negara-negara empat musim.

"Secara teknis, tidak memiliki banyak perbedaan, tetapi dari sisi hasil karya, merajut dengan satu jarum memiliki banyak rongga," kata Welly Marizka, anggota KRP lainnya.

Seni rajut belakangan kembali booming. Tidak sedikit perempuan yang tertarik mempelajarinya. Sebagian termotivasi karena tambahan pendapatan. Namun banyak juga yang hanya sekadar hobi. Merajut, katanya, sangan menghibur. Bisa dilakukan di mana saja. Bisa dibawa ke mana-mana, alatnya tidak tajam dan bisa dibawa sambil mengantarkan anak-anak ke sekolah.

Tanpa terasa, selain hasil karya rajutan bisa digunakan sendiri, juga bisa dijual pada orang lain. "Sambil momong, sambil di jalan pun bisa," kata Welly.

Anggota KRP dari berbagai usia. Secara keseluruhan sudah mencapai ratusan orang. "Kalau anggota tercatat 200 orang, tetapi yang aktif datang ke sini sekitar 40-50 orang," imbuhnya.

Aksi merajut di tempat umum ini dilakukan selama tiga hari bertempat di Alun-alun dan Pantai Pancer Door. Acara ini akan diakhiri dengan menempelkan hasil rajutan di pilar utama tribun Alun-alun . Sesuai rencana, akan dilakukan secara simbolis oleh istri Bupati Luki Indartato. (pct1/yun/rd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO