SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Sudah menjadi tradisi masyarakat Sidoarjo menyambut bulan suci Ramadhan dengan melakukan doa bersama dan tasyakuran. Seperti yang dilakukan warga Dusun Babatan, Desa Besuki, Kecamatan Jabon, Kamis, (10/5).
Tradisi rutin yang dilakukan setiap tahun menjelang Ramadhan ini masih terus dilakukan meskipun seluruh warganya sudah tidak lagi tinggal di desa Besuki, karena tempat tinggal mereka sudah terendam lumpur lapindo.
BACA JUGA:
- Mantan Bendahara Maju Sebagai Calon Ketua DPD REI Jatim, Klaim Didukung 9 Komisariat
- Sidang Kasus Pemotongan Insentif ASN Sidoarjo: Jaksa Tolak Pledoi Siskawati
- Umsida Ajak Jurnalis, KPU, Bawaslu dan Pengamat Diskusi Dampak Politik Identitas di Pemilu
- Cegah Bullying, Polisi Edukasi Pelajar SDN Janti Tulangan Sidoarjo
Bersama dengan ratusan warga, Wakil Bupati Nur Ahmad Syaifuddin yang akrab disapa Cak Nur ikut doa bersama di komplek Makam Dusun Babatan Besuki yang sudah terendam lumpur akibat semburan lumpur Lapindo 12 tahun yang lalu.
Cak Nur terharu melihat warga. Menurutnya acara doa bersama dan tasyakuran ini juga menjadi tempat reuni warga dusun Babatan Besuk. “Rela datang jauh-jauh untuk ke makam leluhur sekaligus ingin bertemu dengan tetangganya dulu yang sama-sama tinggal di kampung halaman Babatan Besuki,” ujar Cak Nur.
"Hikmahnya dari kejadian ini adalah hubungan silaturahmi semakin kuat, meski tempat tinggal tidak lagi berdekatan. Ini semua ujian, orang yang berhasil melewati ujian derajatnya akan ditinggikan oleh Allah, kita harus melihat semua ini adalah takdir Allah maka kita akan menemukan hikmahnya," papar Cak Nur.
Tokoh Masyarakat Desa Besuki Sutikno mengatakan acara ini juga merupakan ajang temu kangen dengan warga besuki yang sudah terpisah sejak 12 tahun lalu akibat semburan lumpur Lapindo.
Kini, menurut Sutikno, warga besuki terpisah berpencar tempat tinggalnya. Ada yang tinggal di Pasuruan, Bangil, Porong, Krembung, Tanggulangin, Candi dan wilayah Sidoarjo lainnya.
“Tadi kangen-kangenan ketemu dengan tetangga yang dulu tinggal bersama di sini (dusun Babatan), sempat menangis ingat masa, ingat tanah kelahiran yang sekarang sudah tidak terlihat karena tertutup lumpur,” kenang Sutikno.
Sutikno berpesan kepada warga, agar tetap menguri-uri (merawat) makam leluhur desa dan kelurga desa Besuki. “Doa bersama dan syukuran ini mari terus kita lestarikan, selain untuk tempat silaturahmi juga untuk menguri-uri makam leluhur kita,” ujar mantan Kades Besuki ini. (cat/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News