Tafsir Al-Isra 7: Sarjana Itu Menyobek Ijazahnya Sendiri

Tafsir Al-Isra 7: Sarjana Itu Menyobek Ijazahnya Sendiri Ilustrasi. foto: Lampungpro.com

Rupanya sarjana itu sudah mempersiapkan jawabannya: ".. Ya, perguruan tinggi ini memang telah mengisi otak kami sehingga kami menjadi pintar, tapi tidak mengisi hati kami sehingga kami bisa menjadi benar".

Dari kasus ini, pemerintah bersama para pakar, moralis, dan agamawan membaca kembali kurikulum nasional yang sedang berjalan dan menambahkan beberapa pendidikan moral.

Di negeri ini juga pernah terjadi tragedi munaqasyah yang menyayat nurani. Setelah dievaluasi sana-sini, oleh tim penguji munaqasyah, ujian skripsi lisan, penulis skripsi itu dinyatakan lulus. Apa respon dia?

Sarjana satu menit itu berdiri garang dengan tatapan mata pongah menyalami dosen penguji di depannya dan menyatakan: "sekarang, saya sudah sama dengan anda..!". Ya, dulu, Doktorhandus boleh menjadi dosen. Dosen penguji hanya bisa terdiam meratapi drama amoral di hadapannya (?).

Lihat anak-anak kita yang sekolah full days dan padat kegiatan belajar. Seharian sudah berada di dalam kelas, lalu sore hari pulang. Laporan para orang tua, anak-anak cenderung uring-uringan setelah pulang sekolah. Tidak mau membereskan pakaian, tas dan sepatu sendiri. Ya dilepas, tapi dibiarkan begitu saja, ogah menaruh pada tempat semestinya. Bahkan, kadang dilempar dan menyuruh pembantu memberesi.

Begitu pula ketika mau berangkat sekolah. Dari bangun tidur, mandi, berpakaian, sarapan pagi, dan semua persiapan maunya dilayani dan serba dilayani, serba menyuruh dan kadang membentak. Meskipun nilainya top, tapi beginikah pendidikan yang kita harapkan? Meskipun ranking satu, tapi beginikah akhlaq anak yang kita idamkan?

Sumber: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO