Ia menyebut lakon ludruk saat itu, antara lain, berjudul: Matinya Gusti Allah, Gusti Allah Mantu, dan Nabi Muhammad Minta Pensiun. “Jadi hujatan-hujatan terhadap agama Islam luar biasa,” kata pendiri pondok pesantren Al-Hikam Malang dan Depok Jawa Barat itu. Karena itu lalu lahir UU no 1/1965/larangan menghujat agama.
Menurut Kiai Hasyim, salah satu ciri khas PKI adalah kelihaiannya dalam memutarbalikkan opini. Ia mencontohkan organisasi bikinan PKI yaitu Barisan Tani Indonesia (BTI). “BTI itu kerjanya mengapling-ngapling tanah milik orang lain,” jelasnya. Menurut dia, dalam paham komunisme proletar, rakyat tak boleh memiliki tanah secara pribadi. Semua diambil Negara. “Tapi kalau di depan orang Islam mereka bilang BTI itu Barisan Tani Islam,” kata Kiai Hasyim Muzadi.
Karena itu jangan heran, jika sekarang para PKI berusaha dengan berbagai cara untuk menghilangkan jejak dan membuat opini seolah-olah mereka yang didzalimi. Mereka bahkan menuntut pemerintah minta maaf dan bayar ganti rugi. “Pemerintah tak ada hak untuk minta maaf dan tidak ada kewajiban untuk minta maaf,” tegasnya.
Kiai Hasyim juga mengungkapkan perilaku PKI dalam bidang ekonomi. Menurut dia, PKI selalu memprovokasi para buruh agar bentrok dengan majikan atau pengusaha. Konsekuensinya, ekonomi terganggu. Saat ekonomi terganggu itulah rakyat gampang digiring sesuai kepentingan PKI.
Yang sangat mengerikan, Kiai Hasyim mengungkap soal niat jahat dan keji PKI. Menurut Kiai Hasyim, PKI merencanakan pembunuhan besar-besaran terhadap para kiai dan petinggi militer. Bahkan PKI telah menyiapkan lubang-lubang tanah yang digali di berbagai tempat. “Tapi alhamdulilllah, lubang-lubang itu diisi oleh mereka sendiri,” kata Kiai Hasyim Muzadi.
Saat terjadi pemberontakan G/30S/PKI, mereka dibunuh oleh rakyat Indonesia. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News