"Tapi kami tetap ingin mempertahankan ATBM, sebab ini 'jualan' kita. Ini uniknya yang diakui orang luar sana. Kalau pakai mesin, lalu apa yang kita jual?," kata Eko.
Seperti diketahui, tenun ikat Kediri kini semakin banyak dikenal di luar kota. Beda sekali dengan 5 tahunan silam ketika ia ikut pameran di Jakarta. Orang tidak tahu bahwa di Kota Kediri ada tenun ikat. Jadi, promosi yang telah dilakukan pemkot membuahkan hasil. Selain juga kualitas tenun ikat Kediri diakui oleh para pemakainya, termasuk desainer.
"Saya suka pakai tenun ikat Kediri ini, sebab kainnya padat. Kalau digunting tidak 'krepes' bubar. Tapi tetap solid walau ini dibikin dengan tangan," kata Priyo Oktaviano, desainer yang sudah 2 kali membuat koleksi tenun ikat Kediri di DSF ke-5 Tahun 2018 dan DSF ke-6 Tahun 2019.
Selain itu, lanjut Priyo, pewarnaan tenun ikat Kediri juga kuat dan tidak luntur. Bahkan pada cucian pertama di konsumen, warna tidak pudar.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Feronica mengungkapkan akan terus mempromosikan tenun ikat Kediri. "Harapannya tidak hanya terkenal, tapi juga memberi kesejahteraan pada para penenun," ujarnya. (uji/zar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News