Ratusan Hektar Bawang Merah di Nganjuk Alami Puso, Disperta dan Penjual Obat Hama 'Menghilang' | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Ratusan Hektar Bawang Merah di Nganjuk Alami Puso, Disperta dan Penjual Obat Hama 'Menghilang'

Wartawan: Bambang DJ
Senin, 10 Juli 2017 02:10 WIB

Muhamad Dapet dibantu anaknya saat mencabuti daun bawang yang menguning milik Wito. Tampak sawahnya seperti hamparan rumput yang mengering. foto: BAMBANG DJ/ BANGSAONLINE

NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Kabupaten Nganjuk sebagai daerah sentra bawang merah saat ini mengalami gagal panen akibat serangan ulat loreng. Serangan hama ini begitu cepat, sehingga hanya butuh waktu satu malam untuk membuat hektaran ladang yang ditanami bawang mati. Akibat serangan ulat loreng, petani bawang di Nganjuk, salah satunya di Desa Ngerami, Kecamatan Sukomoro merugi hingga ratusan juta.

Menurut keterangan petani, serangan ulat loreng ini tidak bisa ditanggulangi, apalagi jika dengan hanya modal pas-pasan. Seperti diungkapkan Wito (62), salah satunya petani bawang. Ia mengungkapkan hanya bisa pasrah membiarkan tanaman bawang merah mati mengering, karena memang sudah tidak bisa diatasi dengan cara penyemprotan obat hama. 

“Bawang saya ini yang terakhir bisa bertahan, dan upaya perawatan berakhir sama tragis seperti petani di sekitar saya, mati total,” kata Wito kepada Bangsaonline.com, Minggu (09/07).

"Sebenarnya, kejadian serangan hama ini masih bisa diatasi pada saat hama ulat tersebut masih dalam bentuk telur atau belum menetas, dengan cara dilakukan pembasmian awal. Namun, jika telur tersebut sudah menetas, maka tidak ada lagi daya untuk membasminya, karena berbagai jenis obat yang diberikan tidak akan bisa melawannya, bahkan sampai obat impor sekalipun," sambungnya.

“Saat sudah menetas secara bersamaan, maka hanya waktu semalam, besok paginya semua daun sudah mengalami kuning seperti mengering,” jelasnya.

Wito mengatakan, kejadian seperti ini sudah beberapa kali terjadi. Bahkan ia mengaku sudah membeli obat pembasmi hama untuk mengantisipasi serangan hama tersebut. Namun, upayanya hanya menambah kerugian semakin besar. Sebab, untuk membeli obat tersebut dirinya sampai menghabiskan dana sekitar Rp 4 juta.

“Kenapa kejadian seperti ini terkesan dibiarkan dinas pertanian, termasuk penjual obat hama tak berani menampakkan dirinya,” keluh Wito.

Kerugian akibat gagal panen ini, Wito mengaku kerugiannya mencapai Rp 80 jutaan lebih, dari luas lahan yang dimilikinya 1,2 hektar. Sedangkan di Desa Sukarame lahan yang ditanami bawang merah sekitar 200 hektar.

Keluhan senada juga dialami Muhammad Dapet, yang saat ini lahanya sudah ditanami Tomat akibat bawang merahnya habis diserang ulat.

“Saya kecewa dengan petugas pertanian, tidak ada solusi, bahkan tak pernah terlihat. Termasuk kepada penjual obat hama yang biasa rutin datang, tapi dengan kejadian saat ini juga tidak kelihatan,” keluh Dapet.

Padahal tambah Dapet, sejak petani mulai masa tanam sekitar 2 bulan lalu, penjual obat memasang berbagai baner promosi di setiap pohon tepi jalan. Tapi sejak bawang mulai diserang ulat yang menunjukkan bahwa obat itu tidak mempan, hingga saat ini para penjual sudah tidak terlihat lagi. (bam/rev)

 

 Tag:   pertanian nganjuk

Berita Terkait

Bangsaonline Video