Era Kolaborasi, Koran Malang Posco Media dan HARIAN BANGSA-BANGSAONLINE Silaturahim

Era Kolaborasi, Koran Malang Posco Media dan HARIAN BANGSA-BANGSAONLINE Silaturahim Para pimpinan dan rombongan Malang Posco Media foto bersama dengan pimpinan HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di Jalan Cipta Menanggap I/35 Surabaya, Jumat (2/9/2022). Foto: BANGSAONLINE.com

SURABAYA, .com - Di tengah kesibukan kerja, para Pimpinan (MPM) masih menyempatkan diri untuk silaturahim ke kantor HARIAN BANGSA dan di Jalan Cipta Menanggal I/35 Surabaya. Bahkan chairman populer di Malang Raya itu, Juniarto D Purwanto, mengomandangi langsung acara silaturahim itu.

Pak Pur – demikian teman-teman HARIAN BANGSA dan .com memanggil pria asal Tuban itu, sudah tak asing lagi bagi kami. Pak Pur inilah yang banyak membantu HARIAN BANGSA ketika masih berada di lingkungan Jawa Pos Group.

Pria berkacamata itu secara telaten hadir dalam rapat-rapat HARIAN BANGSA untuk mengarahkan dan membimbing teman-teman. Pak Pur memang sangat senior dan berpengalaman menangani berbagai media di lingkungan Jawa Pos Group.

– dulu Malang Post – sebenarnya lebih pas bernama Malang Raya Pos. Sebab coverage area-nya meliputi Malang dan Kota Batu. Rakyat Batu pun merasa terwakili di koran yang terbit tiap hari itu.

Kini MPM mengembangkan online dan media sosial. MPM ingin memaksimalkan media sosialnya.

“Agar TikTok-nya bisa seperti yang sudah centang biru,” tutur Pak Pur ketika sharing ide dan pengalaman di ruang kerja M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA, dan .com, Jumat (2/9/2022).

Rombongan MPM memang diterima langsung para pimpinan HARIAN BANGSA dan . Antara lain, Mas’ud Adnan, Revol Afkar (milenial yang mengomandani ), Yuni (manajer iklan) dan Noviati (keuangan).

Secara teknis operasional mereka diskusi dengan Arief Rahadjo, IT , Ambon (redaktur), dan Emwin Rahman Fitroni yang tiap hari berkutat dengan media sosial, terutama Tik Tok .

Sementara Pak Pur didampingi Hary Santoso (Direktur MPM) dan Buari (Redaktur). Mereka membawa rombongan atau tim digital. Antara lain Jon Soeparijono, Slamet Prayitno, Fitri Pusta Arista, Ozzy Witha Asmara, Septian Dwi Syahputra, dan Arvidya Maulid Dana.

“Sekarang era kolabolasi, bukan konfrontasi. Kita harus bersinergi, saling membantu dan menguatkan bahkan saling menghidupkan. Sekarang, terutama media cetak, sudah bukan lagi era saling membunuh atau kanibal. Karena yang membunuh bisa jadi suatu saat akan dibunuh,” tegas Mas’ud Adnan sembari mengatakan bahwa ia banyak belajar dan diajari Pak Pur dalam mengelola media.

Alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair itu bahkan berharap semua media – terutama media cetak – bersinergi dan kolaborasi untuk menguatkan eksistensi persuratkabaran. “Namun kita tak bisa menghindari tren digitalisasi. Karena itu media cetak dan digital harus bersinergi dan berkolaborasi,” tegas Mas’ud Adnan.

Para pimpinan MPM dan HARIAN BANGSA serta juga membahas tentang rencana acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya Mas’ud Adnan. Mereka sepakat menyelenggarakan di Malang.

Buku setebal 424 halaman yang diberi pengantar tokoh pers Dahlan Iskan itu merupakan catatan jurnalistik Mas’ud Adnan tentang kiprah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Kiai Asep adalah putra pendiri NU, KH Abdul Chlim, yang dalam waktu relatif singkat sukses mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Surabaya dan Pacet Mojokerto. Santrinya puluhan ribu dan alumninya diterima di semua perguruan tinggi negeri favorit, mulai UI, ITB, UIN, IPB, Unair, ITS, dan perguruan tinggi negeri lainnya.

Bahkan santrinya juga banyak diterima di perguruan tinggi luar negeri seperti di Rusia, Amerika, Singapura, Mesir, Belanda, Tunisia, Yaman, Maroko, Malaysia dan negara-negara lainnya.

Yang menarik, saat remaja Kiai Asep dikenal sangat miskin. Bahkan untuk makan saja mengais sisa-sisa nasi para santri. Itu terjadi setelah abahnya, Kiai Abdul Chalim, wafat saat Kiai Asep kelas 2 SMAN Sidoarjo. Sedemikian miskinnya sampai ia ditolak banyak gadis ketika melamarnya.

“Pembahasan itu ada di halaman 116. Saat Kiai Asep melamar beberapa gadis diterima oleh orang tua mereka. Tapi setelah tiga bulan lamarannya dikembalikan karena Kiai Asep dianggap sebagai lelaki tak punya masa depan,” tutur Mas’ud Adnan.

Kini, ternyata Kiai Asep ditakdir jadi ulama besar dan juga guru besar. Bahkan Dahlan Iskan yang mantan Menteri BUMN dalam buku itu menyebut Kiai Asep sebagai dermawan besar.

Menurut Mas’ud Adnan, dalam setiap acara bedah buku, Kiai Asep selalu membeberkan rahasianya menjadi miliarder. Kiai Asep juga mengijazahkan doa untuk jadi orang kaya atau sukses yang dilampirkan pada bagian akhir buku itu.

Buku bersampul merah putih dan hijau itu kini sangat populer. Bahkan dibedah di berbagai tempat. Antara lain di Gedung Dewan Pers Jakarta, ITB Stikom Denpasar Bali, Maros Sulawesi Selatan, Palembang, Kongres III Pergunu, dan pada 8 September ini di FISIB Universitas Trunonoyo Madura (Bangkalan).

“Bahkan di beberapa tempat sudah siap, antara lain di UIN di Jember, Tuban, IPB Bogor, UWK Surabaya, dan juga pesantren di Situbondo, Sampang dan lainnya,” tutur Mas’ud Adnan.

Lihat juga video 'Setahun Tak Ada Kabar, Korban Longsor di Desa Ngetos Nganjuk Tagih Janji Relokasi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO