Dijuluki Kiai Multi Talenta, Buku Kiai Asep Dibedah di Kantor Gubernur Kalteng

Dijuluki Kiai Multi Talenta, Buku Kiai Asep Dibedah di Kantor Gubernur Kalteng Para nara sumber dalam bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermwaan karya M Mas'ud Adnan di Kantor Gubernur Kalteng, Senin (10/10/2022). Tampak dari kiri: Ustadz Syahrun, KH Abdul Wahid, Muhammad Ghofirin, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, M Mas'ud Adnan, KH Abdul Rahman Abdullah, dan Dr Fadly Usman. Foto: bangsaonline.com

PALANGKA RAYA, BANGSAONLINE.com – Bedah buku di Aula Eka Hapakat Kantor Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) mendapat respons penuh antusias dari peserta. Baik para intelektual maupun tokoh NU yang jadi pembahas sangat antusias mendiskusikan buku karya M Mas’ud Adnan itu.

“Pak ini ulama multi talenta. Beliau tokoh agama dan umat, ilmuwan, tokoh pendidikan, pengusaha, tokoh keumatan dan kemasyarakatan,” kata KH Abd Rahman Abdullah, Wakil Rais Syuriah yang juga dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya, Senin (10/10/2022).

Baca Juga: Di Hadapan Warga Dawarblandong, Paslon Mubarok Siapkan Program Bedah Rumah Tak Layak Huni

Menurut dia, buku yang ditulis M Mas’ud Adnan ini sangat enak dibaca dan penuh inspirasi.

“Saya baca satu malam sampai selesai,” kata Kiai Abdul Rahman yang mantan Wakil Ketua PBNU periode 2010-2015.

“Judulnya menarik, , sebagai tokoh sentral yang menerapkan konsep, memperjuangkan dan mewujudkannya menjadi kenyataan sehingga dikagumi banyak tokoh dari semua kalangan,” ujar Kiai Abdul Rahman yang juga Ketua Tanfidziyah periode 2004-2009.

Baca Juga: Kampanye Perdana, Gus Barra-dr Rizal Langsung Menggebrak Enam Titik Lokasi di Jatirejo

Menurut dia, selama ini tokoh agama sangat monoton. Hanya berpikir tentang agama. "Jarang sekali berpikir tentang dunia usaha atau bisnis," katanya.

Selain itu, kata Kiai Abdul Rahman, kita selama ini salah dalam berpikir filosofis. Menurut dia, kita selalu menganut filosofi yang bersifat duniawi. 

“Kalau gak ada modal gak bisa. Kalau gak dibantu pemerintah gak bisa,” katanya.

Baca Juga: Ketum Pergunu Prof Kiai Asep: Ratu Zakiyah Simbol Idealisme Kita

, tegas Kiai Abdul Rahman, telah membalik kerangka filosofis itu dengan mengedepankan filosofi keagamaan, spiritual, terutama doa dan salat malam. Ternyata sukses.

(Para peserta bedah buku di Kantor , Senin, (10/10/2022). Foto: bangsaonline.com)

Baca Juga: Kiai Asep Bentuk Saksi Ganda Mubarok dan Khofifah-Emil, Gus Barra Siap Biayai Siswa Berprestasi

Dalam bedah buku yang dimoderatori Suhardi, Wakil Sekjen PP Pergunu itu, Kiai Abdul Rahman tak hanya membahas secara lisan, tapi menuliskan secara detail komentarnya tentang dan buku yang dibedah di berbagai provinsi itu.

“Semua catatan ini saya ambil dari buku ini. Buku ini sangat lengkap,” katanya.

Nah, dari buku setebal 422 halaman itu, Kiai Abdul Rahman menyimpulkan bahwa adalah ulama yang telah melahirkan ide, gagasan, pemikiran cemerlang dan mencerahkan. 

Baca Juga: Hadiri Muslimat NU Bersholawat Bersama Habib Syech, Khofifah: Jamaah yang Konsisten Mendoakan Bangsa

Lebih hebat lagi, tak hanya melahirkan ide, gagasan, dan pemikiran, tapi juga mewujudkan dalam kehidupan organisasi sebagai Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pegunu), dunia pendidikan, bisnis, sosial kemasyarakatan, dan kehidupan pada umumnya.

Karena itu Kiai Abdul Rahman menjuluki sebagai ulama multitalenta.

Pendapat senada disampaikan Ketua PCNU Palangkaraya, Ustad M Syahrun. Menurut dia, banyak karangan (buku) antara teori dan praktiknya beda. 

Baca Juga: Khofifah-Emil Dapat Nomor Urut 2, Jadi Lambang Semangat Optimisme Dua Periode

“Tapi buku ini, antara teori dan aktornya sesuai dan sekarang ada di depan kita,” kata Ustadz Syahrun sembari bersyukur karena sebagai aktor dalam buku itu berkenan hadir ke Palangkaraya Kalteng.

Sementara Mas’ud Adnan, sang penulis buku, mengatakan bahwa kita tak bisa melihat sosok yang kaya raya sekarang. Menurut Mas’ud, saat muda sangat miskin. “Saking miskinnya untuk dimakan saja tak punya,” kata CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

Baca Juga: Khofifah - Emil Jadi Paslon Nomor 2 Pilkada Jatim, Sarat Makna Optimisme Keberlanjutan

Ia bercerita bahwa ditinggal wafat oleh ayahnya, KH Abdul Chalim, saat kelas 2 SMAN Sidoarjo Jawa Timur.

“Ayah seorang ulama besar, Kiai Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri Nahdlatul Ulama (NU),” kata Mas’ud Adnan sembari mengatakan bahwa dalam dokumen sejarah PBNU periode pertama nama Kiai Abdul Chalim tercatat sebagai Katib Tsani, sedang Katib Awalnya adalah KH Abdul Wahab Hasbullah.

“Rais Akbarnya Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari dan Ketua Tanfidziahnya H Hasan Gipo,” kata Mas’ud Adnan yang alumnus Pesatren Tebuireng Jombang dan Pascasarjana Univerisitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Baca Juga: Gus Fahmi Bantah Ada Pertarungan Politik Kiai dalam Pilkada Mojokerto 2024

Saat Kiai Abdul Chalim wafat, kata Mas’ud, yang saat itu remaja langsung berhenti sekolah karena tak ada yang membiayai. Namun tetap mondok di pesantren di Sidoarjo.

mengaku hanya makan kalau lapar. Untuk makan, cari sisa-sisa nasi santri di dapur pesantren. Kalau ada kendil (tempat menanak nasi) tengkurap (telungkup) diambil sisa nasinya. Kendil itu dituangi air lalu dimasak kembali. Ketika airnya mendidih berwana kuning, sedang intip (kerak nasinya) mengelupas. Itulah yang dimakan ,” tutur Mas’ud Adnan mengutip buku yang ditulisnya.

Tapi hebatnya, kata Mas’ud, semangat belajarnya terus menyala. “Lebih hebat lagi, tak membiarkan nasibnya terlena dengan kemiskinan. Saat itu langsung berpikir bahwa kondisi seperti ini tak boleh berlangsung terus menerus,” kata Mas’ud Adnan.

“Ini berarti sangat peka dan cerdas dalam menyikapi hidup, sehingga beliau mampu mengevaluasi perjalanan hidup bahkan nasibnya,” tambah Mas’ud Adnan yang mengaku selalu mencermati karakter, orientasi, dan pemikiran .

Dr Eng Fadly Usman, Wakil Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim, yang mendampingi sejak awal mendirikan pesantren bercerita tentang awal perkenalannya dengan kiai miliarder asal Leuwimunding Majalengka Jawa Barat itu.

Menurut dia, banyak peristiwa terjadi di luar nalar. Ia mencontohkan saat mengukur tanah yang akan dibangun pesantren.

Saat itu, tutur Fadly Usman, dirinya ikut mengukur tanah. Nah, tanah yang bukan milik juga diukur. Ternyata tanah itu akhirnya terbeli juga oleh .

Kini luas tanah pesantren milik mencapai sekitar 100 hektare. Padahal saat awal membangun pesantren, tanahnya kurang dari satu hektare.

Dr Muhammad Ghofirin, Sekjen One Pesantren One Product (OPOP), lebih banyak bercerita tentang program unggulan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Yaitu OPOP. Menurut Ghofirin, OPOP tak lepas dari peran . Bahkan banyak aktivitas OPOP terinspirasi dari Pondok Pesantren yang diasuh .

yang minta bicara paling akhir mengakui bahwa waktu remaja sangat miskin. Bahkan, kata , dari semua peserta buku tak ada yang lebih miskin dari dirinya. Tapi ia mengaku punya cita-cita besar dan semangat belajar yang tinggi.

“Saya ingin kuliah tapi tak punya biaya,” katanya.

Bahkan bukan hanya tak punya biaya, tapi juga tak punya ijazah. “Punya ijazah dari mana. Saya berhenti sekolah kelas 2 SMA,” katanya.

Tapi pantang menyerah. lalu mendatangi Kiai Mujib, pengasuh pesantren, tempatnya mondok. 

Apa kata Kiai Mujib? “Saya disuruh buat ijazah sendiri. Kamu dulu kan pengurus pondok,” kata menceritakan perintah kiainya.

Lalu nilainya bagaimana? Lagi-lagi Kiai Mujib menyuruh buat sendiri.

“Akhirnya, semua mata pelajaran saya beri nilai 9. Kalau 10 kan gak mungkin,” kata yang disambut tawa peserta bedah buku.

Ijazah beres. Tapi tak punya uang pendaftaran. “Saya jadi kuli bangunan dua bulan. Bayarannya Rp 225 tiap hari,” katanya sembari mengatakan bahwa ia menyisakan uang Rp 100 setiap hari untuk daftar kuliah.

“Uang pendaftarannya Rp 6.000,” kata . Dalam dua bulan terkumpul uang Rp 6.000.

Saat itu, tutur , tak terpikir soal makan. Yang penting sudah bisa kuliah. Meski demikian ia sempat terpikir untuk terus menjadi kuli bangunan.

“Tapi kaki saya kena paku,” kata . Lukanya parah. Darah mengalir tak pernah henti. "Mandornya tak peduli," katanya. dibiarkan tergeletak sendirian.

“Saya akhirnya ditolong sesama kulinya. Kedua tangan saya dipegang. Lalu diambilkan tiga penthol korek api. Karena lukanya sangat besar. Penthol korek api itu dimasukan ke lubang luka. Kemudian disulut api. Jos…,” cerita sembari mengatakan bahwa lukanya langsung sembuh.

(Prof Dr , MA, memberikan buku kepada Wagub Kalteng H di Rumah Jabatan Wakil Gubernur Kalsel, Ahad (9/10/2022) malam. Foto: bangsaonline.com)

Tampaknya trauma. Ia akhirnya tak melanjutkan jadi kuli.

Mendengar cerita yang dramatis itu peserta bedah buku terkesima. Saking terkesimanya tak terasa kalau acara itu sudah berlangsung tiga jam lebih.

Mereka tetap betah. Ingin tahu rahasia jadi miliarder. pun bercerita bahwa kesuksesan dan kekayaannya itu tak lepas dari doa dan salat malam. “Doanya sudah ada di bagian akhir buku itu,” kata sembari mengijazahkan doa dan salat malam itu kepada semua peserta.

Menurut , salat malam itu terdiri dari 12 rakaat enam kali salam. Setelah salam lalu sujud. Jadi sujud di luar salat. 

Nah, saat sujud itulah doanya dibaca. “Saya sujudnya 20 menit karena banyak yang saya minta kepada Allah,” katanya.

Setelah itu salat witir 3 rakaat dua kali salam.

Kapan salat hajat itu dilakukan? mengambil waktu mustajab. “Saya mengerjakan salat malam itu satu jam sebelum subuh,” kata sembari minta usai subuh jangan tidur sampai terbit matahari. Karena tenggang waktu itulah Allah SWT membagikan rezeki. 

Saat sesi tanya jawab banyak yang mengacungkan tangan. Tapi karena waktunya mepet, akhirnya dibatasi beberapa orang.

Kehadiran dan rombongan ke Kalteng dinilai banyak menginspirasi dan penuh berkah. Rais Syuriah KH Abdul Wahid, SH, mengucapkan terimakasih kepada telah berkenan hadir ke wilayahnya. 

"Terima kasih telah banyak memberi inspirasi," katanya saat menjadi pembahas buku

Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, dan rombongan tiba di Palangkaraya, Ahad (9/10/2022). dan rombongan disambut Ketua PW Pergunu Kalteng Untung Surapati dan pengurus yang lain, di samping PCNU Kota Palangkaraya.

langsung menghadiri acara istighotsah pembangunan Pondok Pesantren Raudlatun Nahdliyin di tengah hutan di Desa Humbang Raya, Mantangai, Kapuas, Kalimantan Tengah. 

Malam harinya dan rombongan makan malam di Rumah Jabatan . dan rombongan ditemui langsung Wakil H . Saat itu Ketua PW Pergunu Kalteng Untung Surapati memberikan laporan tentang aktivitas selama di Kalteng.

Wagub mengucapkan terima kasih karena berkenan datang ke Kalteng. Ia berharap kehadiran pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu banyak menginpirasi dan memajukan pendidikan di Kalteng. 

kemudian diminta untuk memberikan taushiah Maulid Nabi Muhammad SAW. Usai ceramah, memberikan buku kepada Wagub .

Dalam acara itu hadir para kepala dinas Pemprov Kalteng dan juga tokoh masyarakat terutama para kiai NU. Antara lain, Rais Syuriah KH Abdul Wahid dan Ketua Tanfidziyah PCNU Palangka Raya Ustadz Syahrun. (MMA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO