BANGSAONLINE.com - Tragedi maut di dunia sepak bola yang terjadi di Stadion Kanjuruhan bukan kali pertama terjadi. Tercatat, sudah beberapa kali insiden mematikan terjadi di dunia sepak bola.
Kali ini, BANGSAONLINE.com akan mengulas tentang insiden kebakaran yang terjadi di Stadion Valley Parade di Kota Bradford, Inggris, pada hari Sabtu, 11 Mei 1985.
BACA JUGA:
- Main Imbang, Arema FC dan Dewa United Soroti Kualitas Lapangan Stadion Soepriadi Blitar
- Arema FC VS Dewa United di Stadion Supriyadi Kota Blitar, Polisi Terjunkan 816 Personil
- Laga Arema FC Vs Dewa United FC di Stadion Soepriadi Blitar Dibatasi, Hanya 3 Ribu Penonton
- Pesan Wali Kota Blitar Jelang Laga Perdana Arema FC di Stadion Soepriadi
Dilansir dari Wikipedia dan bradfordcityafc.com, peristiwa itu terjadi di hari bahagia Bradford City. Pada tanggal itu, Bradford City seharusnya merayakan keberhasilannya promosi ke Kejuaraan Divisi Ketiga Liga Inggris.
Namun, hari bahagia itu sontak menjadi duka bagi seluruh dunia. Api melalap stadion Valley Parade hingga menewaskan 56 penonton dan lebih dari 265 orang lainnya terluka.
Tercatat sekira 11.000 penonton hadir stadion di Valley Parade yang juga dikenal dengan stadion yang memiliki desain kuno dan fasilitas, termasuk atap kayu di stand utama. Mereka menyaksikan laga antara Bradford City melawan Lincoln City.
Sebelum pertandingan berlangsung, penonton telah menyaksikan Kapten Bradford City Peter Jackson yang juga kelahiran Bradford menerima trofi kejuaraan dari Dick Wragg, Life President Football League pada waktu itu.
Pukul 15:04, pertandingan dimulai. Setelah empat puluh menit babak pertama, skor tetap masih sama kuat 0-0.
Pukul 15.40, tanda-tanda api pertama terlihat dan peralatan pemadam kebakaran mulai dikerahkan.
Dalam waktu empat menit, api sudah terlihat berkorbar begitu cepat dan polisi mulai mengevakuasi penonton di kawasan blok G.
Tiga menit sebelum turun minum, Wasit Don Shaw menghentikan permainan dengan skor 0-0, setelah diberitahu oleh salah satu hakim garis tentang situasi tersebut.
Api mulai melalap tiang-tiang kayu dan atap yang dilapisi bitumen yang mudah terbakar. Asap hitam pekat pun menyelimuti lorong di belakang tribun.
Para penonton panik. Banyak dari mereka mencoba melarikan diri, tetapi tidak bisa karena sebagian besar pintu keluar di belakang terkunci atau tertutup. Para petugas pun juga tidak terlihat untuk membuka gerbang tersebut.
Klik Berita Selanjutnya