JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Sel kanker paru-paru dapat tumbuh secara tak terkendali sehingga dapat menyebabkan menderita kanker paru-paru.
Jika seseorang mengalami kanker paru-paru, pada umumnya akan merasa gangguan-gangguan pernapasan seperti sesak napas, nyeri dada hingga area tulang rusuk, napas berbunyi (mengi), batuk berkepanjangan, serta batuk disertai darah.
Selain itu, orang yang menderita kanker paru-paru juga merasakan keluhan lainnya, seperti pembengkakan kelenjar getah bening, hilang selera makan hingga berat badan menurun.
Jika membahas tentang kanker paru-paru dan agar lebih waspada pada sistem pernapasan, ada baiknya kita mengetahui mitos-mitos resiko yang mengaitkan seseorang terkena penyakit tersebut.
Berhenti merokok tidak menurunkan resiko kanker paru-paru.
Kebiasaan merokok yang dilakukan seseorang, sering dikaitkan dengan peningkatan resiko berbagai macam penyakit, termasuk kanker paru-paru.
Beberapa orang mungkin berpikir, mereka akan sia-sia apabila berhenti merokok, karena residu dari rokok sudah menumpuk pada paru-paru.
Faktanya, berhenti merokok dapat memberikan manfaat yang cepat, dan akan memiliki suplai udara yang bersih, sehingga, paru-paru dapat bekerja lebih maksimal.
Hal tersebut, akan menurunkan resiko kanker paru-paru. Sepuluh tahun orang yang berhenti merokok, membuat orang terhindar dari 50 persen risiko kematian akibat kanker paru-paru.
Rokok rendah TAR lebih aman
Beberapa penderita kanker paru-paru tidak langsung memutuskan untuk berhenti merokok, justru memilih merokok dengan kandungan tar yang lebih rendah.
Mereka berpikir bahwa rokok rendah tar seperti rokok elektrik, rokok mild, rokok herbal, atau rokok mentol lebih aman bagi paru-paru. Namun pada nyatanya, rokok sama-sama memicu resiko kanker paru-paru. Bahkan, rokok menthol yang memiliki sensasi pada tenggorokan lebih menyegarkan, akan membuat orang menghirup asap dan membiarkan di paru-paru sebelum menghembuskan asapnya kembali.