SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Selain flu dan demam berdarah, Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengimbau seluruh masyarakat Jawa Timur untuk mewaspadai penyakit leptospirosis di musim penghujan ini.
Sebab, berdasarkan data Dinkes Jatim, sudah ada 249 kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira tersebut hingga 5 Maret ini. Sementara di tahun 2022 lalu, ada 606 kasus leptospirosis.
BACA JUGA:
- Buka Innovation Academy 2024, Pj Gubernur Jatim: Transformasi Digital Percepat Reformasi Birokrasi
- Info BMKG Kamis 19 September: Hari ini Jatim dan Surabaya Cerah, Perairan Berawan
- PPPI Gelar Deklarasi, Ini Pesan Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik
- Hadiri HUT Pepabri ke-65, Khofifah Berterima Kasih atas Sinergi Membangun Jatim
Diketahui, gejala leptospirosi mirip DBD. Hanya saja, leptospirosis tidak disebabkan oleh virus. Karena itu, Gubernur Khofifah meminta masyarakat waspada dan terus menjaga kebersihan.
"Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim penghujan," ujar gubernur perempuan pertama di Jawa Timur itu di Gedung Negara Grahadi, Senin (6/3/23).
Menurut Khofifah, kebersihan merupakan hal yang penting untuk mencegah leptospirosis. Sebab, penyakit ini menyebar melalui urine hewan yang terinfeksi bakteri tersebut, di antaranya tikus, babi, sapi, dan sejumlah hewan lainnya. Bakteri itu bisa menyebar di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa.
Yang perlu diwaspadai, hewan yang terjangkit bakteri ini tidak akan mati, justru manusia yang terinfeksi leptospira bisa meninggal dunia.
Adapun dari 249 kasus leptospirosis di Jatim, Kabupaten Pacitan menjadi yang terbanyak dengan jumlah 204 kasus, 6 di antaranya meninggal dunia. Selanjutnya 3 kasus di Kabupaten Probolinggo dengan jumlah kematian 2 orang, 3 kasus di Kabupaten Gresik, 8 kasus di Kabupaten Lumajang, 5 kasus di Kota Probolinggo dengan jumlah kematian 1 orang, 22 kasus di Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Tulungagung 4 kasus.
Klik Berita Selanjutnya