GRESIK, BANGSAONLINE.com - Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 dimuka sidang Dokuritsu Junbi Cosakai/Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) berisikan konsep lima dasar.
Berikutnya, Presiden RI Joko Widodo Presiden melahirkan Keppres Nomor 24 tahun 2016, dengan dicanangkannya Hari Kelahiran Pancasila tanggal 1 Juni 1945.
BACA JUGA:
- Mediasi YLBH FT dengan Lurah Gulomantung soal Kepengurusan LPMK Deadlock
- Buntut Berhentikan Pengurus LPMK, Lurah Gulomantung Gresik Bakal Diproses ke PTUN oleh YLBH
- Kukuhkan 64 Anggota Paskibraka Jatim, Adhy Karyono Tekankan soal Pancasila
- Paskibraka Dilarang Kenakan Jilbab, Rumah Pancasila Sidoarjo Minta Jokowi Copot Kepala BPIP
Adapun konsep pemikiran Bung Karno dengan lima dasarnya, yakni kebangsaan, internasionalime atau perikemanusian, demokrasi, keadilan sosial & ketuhanan yang maha esa.
Dengan dinamika pembahasan penyempurnaan konsep lima dasar tersebut BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang beranggotakan Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Abikusno, Agus Salim, Wahid Hasyim, Moh Yamin, Abdul Kahar MuZakir, AA Maramis dan Ahmad Soebardjo.
Dari hasil penggodokan dan pembahasan Panitia Sembilan, maka di tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah lima dasar atau disebut Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.
Ini tertuangkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945.yang selengkapnya berbunyi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusian Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hidmat kebijaksanaan dalam permusywaratan dan Perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai lima sila tersebut terdapat 45 butir butir specifik yang harusnya dapat menjadi pedoman berpikir, persikap, berprilaku, berbuat dan bertindak baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara.
Bungkarno menambahkan Pancasila
sebagai "Weltanschauung" merupakan mahkotanya filsafat dalam pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai mahkota filsafat pandangan hidup Bangsa Indonesia ini, maka konsekwensinya kita sebagai warga yang baik patuh tunduk pada pemerintah yang sah.
Manifes sederhananya kita sebagai anak bangsa harus mampu menampilkan perbuatan perbuatan yang berbasic penghargaan terhadap diri dan orang lain, sehingga kita dapat dilihat adanya sebuah perbedaan dari ketiadaan menjadi ada.
Sebuah ada dari ketiadaan tidak lain adalah "Adab".
Klik Berita Selanjutnya