Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'i
Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr KH A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Abiya: 7. Selamat mengikuti.
BERTANYALAH BILA TAK NGERTI
AL-ANBIYA’ :7
TAFSIR
Sebagian orang Arab ada yang menyukai lmu dan pengetahuan, punya prinsip dan jujur sehingga rajin menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami kepada ahlinya. Itu paling lumrah. Maka jangan heran jika masalah haid dan bersetubuh pun ditayakan. Al-Qur’an merespon karena mengerti, bahwa lelaki Arab pada tidak betah saat libur senggama gegara sang istri menstruasi.
Spesial urusan keyakinan, mereka merujuk fatwa ahli kitab, alias para pendeta dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Tidak terlewatkan masalah risalah Nabi Muhammad SAW ini mereka tanyakan. Benarkah bahwa Muhammad putra pak Abdillah, cucu Abd al-Muttalib itu seorang nabi, utusan Allah SWT.
Ada pendeta yang jujur dan menjawab sesuai literatur yang mereka baca, yakni kitab al-Taurah atau al-Injil. Para pendeta jujur itu menjawab: Ya, benar bahwa Muhammad adalah Rasulullah SAW sungguhan, meski para pendeta itu mengucapkannya secara berat karena mengeti risiko yang bakal mereka terima. Siapa saja pendeta jujur itu? Pendeta jujur itu, antara lain: Ubay ibn Ka’b, Abdullah ibn Salam, Wahb ibn Munabbih dan lain-lain.
Sanksi publik terhadap pendeta jujur biasanya berupa sanksi sosial, seperti dikucilkan oleh para pendeta lain yang mayoritas tidak jujur. Selain itu, mereka akan kehilangan pamor, kehormatan di kalangan pengikuknya sendiri termasuk para kafir Makkah. Dan yang pasti para pendeta jujur itu tidak mendapat sedekah dari jamaah.