Sejumlah Warga Kota Pasuruan Kenakan Kaos Bumbung Kosong, Prihatin soal Pilwali dan Demokrasi

Sejumlah Warga Kota Pasuruan Kenakan Kaos Bumbung Kosong, Prihatin soal Pilwali dan Demokrasi Warga mengenakan kaos bumbung kosong, simbol keprihatinan atas demokrasi lokal Kota Pasuruan yang tak baik-baik saja. Foto: Ahmad Fuad/BANGSAONLINE

" Artinya, paslon yang diusung adalah sosok yang bisa merepresentasikan kepentingan rakyat, bukan kepentingan kelompoknya saja," ujar pria yang dipanggil Yek Ali ini.

Senada dengan Ali, Mustofa di lokasi yang sama juga kecewa dengan keadaan politik yang mencederai nilai-nilai demokrasi.

Hal ini lantaran semangat demokrasi dirusak oleh nafsu dan syahwat parpol yang memilih tak bertanding di pesta demokrasi lima tahunan. Selayaknya pesta, rakyat harus bergembira tanpa adanya satu paslon saja.

" Makanya, pilihan kotak kosong adalah bentuk perlawanan terhadap situasi politik hari ini di ," kaata Mustofa.

Menurutnya, pemilihan kepala daerah jadi ajang untuk adu gagasan, adu pemikiran dan adu program antarpaslon untuk ditawarkan. Setelahnya, biarkan rakyat yang memilih mana yang mewakili kebutuhan mereka.

"Pertanyaannya begini, apakah paslon tunggal yang ada itu menjadi representasi pemimpin yang dibutuhkan rakyat, kan belum tentu juga. Ini yang tidak baik untuk sejarah demokrasi ," tuturnya.

Mustofa menyebut, Pilwali adalah proses politik untuk mencari pemimpin, dan tentunya rakyat berharap bisa mendapatkan yang terbaik sesuai dengan harapan karena jabatan yang melekat selama lima tahun.

"Munculnya calon tunggal tidak akan memberi alternatif pilihan yang beragam untuk rakyat. Ini yang saya kritik dan saya lawan, sekalipun secara konstitusi tidak ada yang dilanggar dan diperbolehkan calon tunggal," terangnya. (afa/van)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Heboh, Bayi Diduga Hasil Hubungan Gelap Ditemukan Warga Kota Pasuruan di Saluran Irigasi Sawah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO