Desa Banjarejo Bojonegoro Terus Longsor, Sebagian Kampung Jadi Sungai

Desa Banjarejo Bojonegoro Terus Longsor, Sebagian Kampung Jadi Sungai Longsor di Bojonegoro membuat sebagian kampung hilang menjadi sungai. (foto: eki nurhadi/ BANGSAONLINE)

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Tanah bantaran sungai Bengawan Solo di Dusun Baru, Desa Banjarejo, Kecamatan Padangan, Bojonegoro, terus mengalami longsor. Saat ini panjang longsoran mencapai 500 meter, lebar 50 meter dengan kedalaman 10 meter. Akibat longsor itu, hampir sebagian perkampungan hilang menjadi sungai.

Jarak tanah yang longsor itu dengan rumah Mashari dan Maryoto tinggal 2-3 meter lagi. Sementara, rumah-rumah lainnya berjarak 5-10 meter dengan tanah tepian Bengawan yang longsor.

Baca Juga: Baru Sebulan Musim Kemarau, Satu Desa di Bojonegoro Sudah Terdampak Kekeringan

Sejak terjadi longsor pada 2008 lalu, sedikitnya sudah ada delapan rumah warga yang dibongkar dan dipindah. Di antaranya rumah Wardoyo, Jaiz, Warji, Biran, Ngainah, Jasmo, Trisno, dan Suhadi. Mereka sudah pindah karena tanah yang ditempatinya tergerus longsor. Bahkan kini tanah itu sudah amblas digerus longsor.

Menurut Wardoyo, salah satu warga yang membongkar rumahnya, tanah yang longsor ini persis berada di daerah tikungan sungai. Arus Bengawan Solo terus mengikis tanah di daerah tikungan sungai tersebut sehingga beberapa kali terjadi longsor.

“Dulu tanah di bantaran sungai itu berupa perkampungan. Namun, perkampungan itu hilang karena digerus longsor,” ujarnya Sabtu (13/3/16).

Baca Juga: Gempa Tektonik 6.0 Guncang Wilayah Bojonegoro-Tuban, Gempa Susulan Terjadi Beberapa Kali

Menurut dia, berbagai upaya dilakukan oleh warga secara swadaya untuk menghentikan longsor itu di antaranya menancapkan bambu-bambu di tebing yang longsor. Selain itu, menanam berbagai pohon di tanah yang longsor. Namun, upaya itu sepertinya sia-sia karena longsor terus terjadi. Longsor semakin panjang dan melebar.

“Longsor terjadi setelah banjir Bengawan Solo surut. Tanah yang labil di pinggir sungai amblek dan menyeret bangunan dan pohon yang ada di atasnya,” ujarnya.

Sementara itu menurut Mashari, sebenarnya ia merasa khawatir apabila sewaktu-waktu terjadi longsor dan menyeret rumahnya. Tanah yang longsor persis berada di halaman rumahnya.

Baca Juga: Rawan Banjir, 4 Kecamatan di Bojonegoro Ditetapkan Kampung Siaga Bencana

“Saya berencana pindah ke lokasi lain. Tetapi, kami pindah atas biaya sendiri,” ujarnya. Ia berharap pemerintah daerah memberikan perhatian pada korban longsor ini. Sebab, selama ini pemerintah daerah hanya mengecek kondisi longsor tetapi tidak ada upaya apa pun.

Sementara itu menurut Kasi Operasi Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Mucharom, usai banjir tanah bantaran memang mudah terjadi longsor. Terutama di daerah tikungan sungai.

Ia menyebutkan, tanah bantaran di wilayah Bojonegoro yang dilaporkan longsor di antaranya di Desa Banjarsari, Kecamatan Padangan, Desa Brenggolo, Kecamatan Kalitidu, Kelurahan Jetak, Kecamatan Bojonegoro, dan Kelurahan Banjarjo, Kecamatan Bojonegoro.

Baca Juga: Pemkab Dituding Tak Peka, Peneliti Lingkungan Sebut Bojonegoro Sedang Krisis Iklim

Ia mengatakan, kondisi Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro memang mengalami banyak kerusakan seperti longsor dan ambles. Salah satu penyebabnya karena sebelumnya ada kegiatan penambangan pasir mekanik secara masif mulai di wilayah barat hingga timur Bojonegoro. Namun, saat ini kegiatan penambangan pasir memakai mesin itu dilarang dan sering dilakukan operasi.

Kegiatan tambang pasir mekanik juga menyebabkan kaki penyangga jembatan Kalitidu-Malo turun beberapa sentimeter. Kondisi itu bila dibiarkan terus bisa membahayakan. “Pengambilan pasir yang diperbolehkan hanya yang memakai cara tradisional, sedangkan yang memakai mesin dilarang,” ujar Mucharom. (nur/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO