BJ Habibie: Kalau Mau Jadi Presiden, Jangan Main Pokemon

BJ Habibie: Kalau Mau Jadi Presiden, Jangan Main Pokemon Presiden ke 3 RI BJ Habiibie saat menghadiri acara halal bihalal ikatan alumni UI di Pusat Studi Jepang UI Depok, Sabtu 23 Juli 2016. TEMPO

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie ikut mengomentari soal kian digandrunginya permainan online Pokemon GO oleh banyak kalangan. Secara khusus, ia menyarankan anak-anak tidak bermain permainan itu.

"Kalau mau jadi presiden, jangan main Pokemon. Tapi baca buku," kata Habibie dalam acara diskusi dan halalbihalal dalam rangka Pemilu Raya Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Pemira Iluni UI) di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, Sabtu, 23 Juli 2016.

Habibie meminta anak-anak rajin membaca karena beratnya tantangan sumber daya manusia negara ini, terutama untuk bersaing dengan negara lain yang sudah maju. Habibie pun membandingkan anak-anak zaman sekarang dengan dia di masa lalu.

Habibie mengatakan orang tuanya dulu tidak membolehkan dia banyak bermain. Bahkan papan catur sebagai permainan kegemarannya dibakar. "Papan catur saya sampai dibakar orang tua saya. Saya diminta belajar."

Sementara Citra Demi Karina, Ikam Gading Fajar Romadhon, dan Andre Rezky Pratama menyerahkan seratus surat yang mendesak Presiden Joko Widodo menandatangani Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).

Seratus surat ini mewakili lebih dari 11 ribu surat yang ditulis anak dari seluruh Indonesia. Surat tersebut diberikan kepada Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, yang mewakili Presiden Joko Widodo.

Citra, 22 tahun, mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Indraprasta, mengatakan surat tersebut diinisiasi bersama 20 pemuda dalam forum. Tujuannya mendukung Presiden menyelamatkan anak-anak dari bahaya rokok, termasuk dari iklan-iklan rokok.

“Ada 11 ribu surat dari anak seluruh Indonesia agar anak-anak terlindung dari bahaya rokok,” kata Citra, yang aktif di Forum Anak sejak 2011, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 23 Juli 2016.

Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari menuturkan, dengan aksesi FCTC, Indonesia akan memperketat aturan untuk melindungi anak dari bahaya rokok.

Salah satunya menaikkan harga rokok, yang membuat akses anak untuk membeli rokok terbatas. “Melarang iklan, promosi, dan sponsor rokok juga melindungi anak dari target pemasaran industri rokok,” tuturnya.

Ia menjelaskan, saat ini Indonesia menempati peringkat ketiga dengan jumlah perokok aktif sebesar 62 juta penduduk di bawah Cina dan India.

Sebanyak 75,7 persen merokok di usia sebelum 19 tahun. Saat ini, kata dia, Indonesia menjadi satu dari tujuh negara yang belum meratifikasi FCTC bersama Andora, Eriteria, Leichestein, Malawi, Monako, dan Somalia.

Lisda berharap aksi penyerahan sekitar 11 ribu surat secara simbolis kepada Presiden Jokowi ini memberikan perlindungan kepada anak-anak dari dampak konsumsi rokok. Caranya, meratifikasi FCTF. “Sudah sepatutnya Presiden mendengarkan dan mewujudkan harapan dan dukungan anak-anak agar terlindungi dari dampak rokok,” ujarnya.

Hari ini, Kota Mataram, NTB, menjadi tuan rumah Hari Anak Nasional 2016. Forum Anak Nasional sebelumnya juga digelar pada 19-22 Juli 2016.

Forum ini mempertemukan anak berusia hingga 18 tahun untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah, beberapa di antaranya untuk membebaskan anak dari bahaya rokok dan pemenuhan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

Sumber: tempo.co

Lihat juga video 'BJ Habibie juga Kalah dengan Orang Madura':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO