Anwar Nasution: Kalau Presiden Jokowi Tegas, Sukanto Tanoto Ditangkap

Anwar Nasution: Kalau Presiden Jokowi Tegas, Sukanto Tanoto Ditangkap Sukanto Tanoto. Foto: www.sukantotanotobiography.com

Hadir pula, Hatta Taliwang, Ferdinan Hutahaean, Nyai Lily Chodidjah Wahid, aktifis HAM Ratna Sarumpaet, Sasmito Hadinegoro, Marsda TNI (Purn) Amirullah Amin, Muhammad Rifki atau Eki Pitung, Lieus Sungkarisma dan Marwan Batubara.

Masih soal martabat, kedaulatan dan kemandirian bangsa, Ruki menyinggung bagaimana pengusaha Sukanto Tanoto. Dalam sebuah wawancara dengan televisi di Cina, Sukanto sangat terang mengatakan bahwa Indonesia adalah ayah angkatnya sementara Cina sebagai ayah kandungnya.

“Sukanto Tanoto bilang Indonesia cuma bapak angkatnya, bapak kandungnya Cina. Coba, dia lahir disini, gede disini, kawin disini, bisnis disini, ngemplang pajak juga disini. Begitu dia di Cina, dia bilang bapak angkat gue tuh Indonesia, bapak kandungnya Cina,” tuturnya.

Ruki mengajak seluruh komponen bangsa bergerak memperbaiki keadaan. Tidak lagi diam dan membiarkan Jakarta diubah seperti Singapura. Dimana penduduk aslinya, Melayu, cuma menjadi orang nomor dua.

“Anda mau? Jakarta mau jadi kayak Singapura. Gimana orang Melayu sekarang, paling banyak jadi tukang parkir, paling banyak jadi sopir taksi. Saya bukan (bermaksud) rendahkan derajat,” jelas dia.

Tipisnya nasionalisme Sukanto Tanoto yang pernah tersangkut kasus penggelapan pajak ini terekam saat tampil sebagai narasumber dalam sebuah acara televisi di Cina.

“Saya lahir dan besar di Indonesia. Menempuh pendidikan, menikah dan memulai bisnis juga di sana. Tetapi Indonesia adalah ayah angkat bagi saya, karena itu ketika pulang ke Cina saya merasa menemukan ayah kandung. Itu karena saya masih merasa orang Cina,” ujar Sukanto Tanoto.

Anggota DPD, Gede Pasek Suardika meretweet berita yang memberitakan tersebut dengan menambahkan komentar: ''Manusia Model begini diberikan kekayaan di republik ini.''

Sukanto Tanoto lahir di Belawan, Medan Sumatera Utara pada hari Natal 1949. Ia merupakan anak tertua dari tujuh laki-laki bersaudara. Ayahnya adalah seorang imigran dari kota Putian, provinsi Fujian, daratan Tiongkok. Pada tahun 1966, Sukanto Tanoto terpaksa berhenti sekolah setelah sekolah Tiongkok pada waktu itu ditutup oleh Presiden Soeharto. Dia tidak dapat meneruskan sekolah ke sekolah nasional karena ayahnya masih berkewarganegaraan Tiongkok.

Pada tahun 1997, Sukanto Tanoto memilih menetap di Singapura bersama keluarganya.

Tapi pemerintah Indonesia tetap memanjakan Sukanto Tanoto. Buktinya ia tetap dianggap warga negara dan memegang paspor Indonesia.

Sukanto Tanoto termasuk yang dituding melakukan pembakaran hutan di Riau. WALHI Riau menyebutkan, sebagian besar titik api di Riau berada di lahan konsesi perkebunan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI), baik di perusahaan milik Sukanto Tanoto maupun sejumlah pengusaha lain seperti Eka Tjipta Wijaya (APRIL/APP), Martias pemilik PT Surya Dumai Grup, serta Wilmar Group (kelapa sawit).

Bisnis Sukanto Tanoto dijalankan oleh kelompok usaha RGEI. Grup bisnis tersebut memiliki jumlah karyawan lebih dari 50.000 orang yang tersebar di seluruh dunia dengan total aset lebih dari 15 milyar dolar, yang meliputi empat area bisnis utama: pulp dan kertas (APRIL), agro industri (Asian Agri), dissolving wood pulp dan viscose staple fibre (sateri Holdings Limited) dan pengembangan sumber daya energy (Pacific Oil & Gas)

Sukanto Tanoto ditasbihkan sebagai orang terkaya nomor 5 di Indonesia versi Majalah Forbes 2006. Sedang Forbes 2012 memasukkan nama Sukanto Tanoto dalam daftar 1.226 pengusaha di dunia yang layak menyandang predikat orang terkaya. Dengan kekayaan ditaksir mencapai US$2,8 miliar,Sukanto menempati posisi 418 dunia.

Sumber: kabar.com/wikipedia/indopos.com/harian terbit.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO