Minggu Besok, Tradisi Kebo-keboan Alasmalang Banyuwangi Digelar

Minggu Besok, Tradisi Kebo-keboan Alasmalang Banyuwangi  Digelar

“Makna dari jumlah tumpeng dan jenang ini sebagai simbol jumlah bulan dan hari yang menandai siklus kehidupan manusia selama satu tahun ada 12 bulan, tujuh hari dan lima hari pasaran,” katanya.

Selanjutnya, tumpeng-tumpeng akan dimakan bersama setelah didoakan oleh tetua adat. Usai makan tumpeng, akan dilanjutkan dengan ider bumi. Dalam ider bumi ini, belasan “kerbau petani” akan berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Setelah berkeliling desa, para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.

Para petani yang didandani layaknya kerbau tersebut sebagian ada yang diyakini kerasukan roh gaib. Mereka berjalan seperti kerbau yang sedang membajak sawah. Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak. Persis kerbau.

“Ritual ini pun diakhiri dengan prosesi membajak sawah dan menabur benih padi oleh kerbau-kebauan tadi. Dalam prosesnya benih padi yang nantinya ditabur oleh Dewi Sri ini akan banyak diperebutkan warga, karena diyakini bibitnya akan menghasilkan hasil panen yang lebih berlimpah,” papar Indra.

Tradisi Kebo-keboan di Banyuwangi ini digelar di dua wilayah yang berbeda. Selain di Alasmalang Singojuruh, kebo-keboan juga digelar di Desa Aliyan Rogojampi Banyuwangi pada 8 Oktober 2016. (bwi1/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO