Berkunjung ke Sentra Produksi Kerupuk Lembang di Bangilan

Berkunjung ke Sentra Produksi Kerupuk Lembang di Bangilan Para pekerja di sentra produksi kerupuk lembang yang ada di Kecamatan Bangilan saat hendak menjemur kerupuk. foto: AHMAD/ BANGSAONLINE

TUBAN, BANGSAONLINE.com - Sudah pasti setiap orang kenal dengan makanan ringan bernama kerupuk. Bagi sebagian orang, kerupuk bukan hanya camilan, melainkan jadi pelengkap dalam menyantap makanan. Menurut mereka, makan tanpa kerupuk bagaikan kurang renyah di lidah.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang kerupuk, BANGSAONLINE.com mendatangi sentra produksi kerupuk lembang yang ada di Kecamatan Bangilan milik Keluarga Wartono, Minggu (17/12 ) sore.

Baca Juga: Bosa Jasa: Solusi Urus Izin Usaha Mudah dari Rumah Saja

Beruntung, saat itu tepat sedang ada aktivitas pembuatan kerupuk lembang. Wartono pun sekalian menjelaskan proses pembuatan kerupuk.

Pria yang akrab disapa Tono ini menceritakan bahwa kerupuk bermula dari adonan berupa tepung tapioka yang dicampur dengan air panas sehingga menjadi seperti bubur. Dari adonan ini, kemudian dibentuklah kerupuk melalui mesin penggiling dan cetakan.

"Jika sudah terbentuk kemudian dipanasi dan ditaruh dalam tungku selama 40 menit. Bahan bentukan tadi diangkat dan hasilnya dirajang untuk dijemur di bawah terik matahari. Dijemur sampai mengering," ungkap Tono sambil mengotak-ngatik kerupuk mentah.

Baca Juga: Hadiri Workshop Literasi dan Inklusi Keuangan, Pj Wali Kota Kediri Berikan Arahan kepada Pelaku UMKM

Untuk itu, lanjut Tono, kendala dalam proses pembuatan kerupuk lembang adalah saat musim hujan. Sebab peran sinar matahari sangat menentukan untuk menjadikan kerupuk benar-benar kering.

"Untuk kerupuk lembang mentah dipatok Rp 12 ribu per kilogram. Sedangkan kerupuk yang sudah digoreng dihargai Rp 20 ribu per kilogram," jelentrehnya.

Tono mengaku bisa menghabiskan hingga 350 kilogram tepung tapioka, 50 kilogram tepung beras, 12 kilogran garam grosok, dan 3 bungkus ukuran besar penyedap rasa dalam sekali produksi.

Baca Juga: Idul Adha Kian Dekat, Perajin Tusuk Sate Tradisonal Kebanjiran Order

Tono mengaku dirinya merupakan merupakan generasi ke-1 penerus usaha kerupuk lembang ini. Usaha ini sudah dirintis oleh keluarga Tono sejak 30 tahun lalu.

Saat ini, Tono sudah mempunyai 25 karyawan, mulai dari yang bertugas sebagai penggiling, pengadonan, babangi, penjemuran, dan penggorengan.

Salah satu pekerja, Hendrik, mengatakan bahwa dirinya sudah 2 tahun bekerja sebagai penggiling adonan kerupuk lembang di keluarga Tono. Hendrik mengaku cukup enjoy bekerja dengan majikannya tersebut.

Baca Juga: Baznas Jatim dan Tuban Salurkan Bantuan Modal Usaha dan Beasiswa Senilai Ratusan Juta Rupiah

"Hasil honor harian sih sama saja mas jika dibanding kerja di luar kota, bedanya kalau di kota besar hiburanya lebih banyak," tandasnya.

Kerupuk hasil produksi Tono ini dipasarkan di pasar-pasar tradisional Tuban. "Wah, ini lagi kulakan mas, untuk dipasarkan lagi di pasar Sembung, Parengan," tutur Wartini, salah satu pedagang kerupuk saat berada di sentra produksi kerupuk lembang milik Tono. (ahm/wan/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Komunitas Disabilitas Kota Pasuruan Raup Cuan dari Lampu Hias':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO