Wujud Instropeksi Diri, Warga Binaan Lapas Blitar Tulis Al Quran Raksasa

Wujud Instropeksi Diri, Warga Binaan Lapas Blitar Tulis Al Quran Raksasa Ahmad Yani didampingi Kalapas Rudi Sarjono saat menulis ayat-ayat Al Quran . foto: AKINA/ BANGSAONLINE

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Ahmad Yani (41), warga binaan Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Blitar memiliki cara sendiri untuk memanfaatkan waktu luang selama menjani hidup di tahanan. Dari dalam Lapas, pria yang divonis setahun empat bulan penjara karena kasus illegal logging tersebut justru bisa berkarya, yakni dengan menulis Al Quran berukuran raksasa. Al Quran yang ditulis oleh Ahmad Yani di dalam kamar di salah satu blok di Lapas tersebut berukuran lebih besar dari Al Quran biasanya, yakni berukuran panjang 120 sentimeter dan lebar 95 sentimeter.

Ahmad Yani mengaku belajar kaligrafi secara otodidak sejak berada di dalam lapas. Dia mengakui jika sebelumnya tidak mahir dalam seni kaligrafi.

"Sebelumnya saya tidak bisa, lalu sejak berada di dalam lapas ini sedikit demi sedikit saya belajar hingga bisa seperti ini. Kemudian muncul ide dari Kalapas untuk menulis Al Quran raksasa," tutur Ahmad Yani ditemui didalam lapas, Senin (12/06).

Ahmad Yani mengaku, ia memulai menulis Al Quran raksasa tersebut sejak awal bulan Ramadhan lalu. Dan hingga sekarang dia sudah berhasil menyelesaikan tiga juz. Ditargetkan Al Quran raksasa tersebut akan selesai hingga juz ke tiga puluh selama lima bulan ke depan. "Targetnya selesai lima bulan," ucap Ahmad Yani.

Bagi Ahmad Yani, banyak hikmah yang ia dapat selama proses penulisan Al Quran tersebut. Salah satunya adalah mengajarkan kesabaran serta sebagai bentuk instropeksi diri akan kesalahan-kesalahan di masa lalu. Bahkan, Ahmad Yani yang sudah sepuluh bulan menjadi warga binaan tersebut berujar siap mengabdikan seluruh hidupnya untuk menulis Al Quran jika ada yang membutuhkan.

"Selain untuk instropeksi diri, dengan menulis Al Quran ini saya juga ingin membuktikan kepada masyarakat jika meskipun kita berada di dalam tahanan, namun kita tetap bisa berkarya, kita tetap bisa bermanfaat dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat, " papar Ahmad Yani.

Ahmad Yani menambahkan, bahwa tidak mudah menuangkan tulisan kaligrafi ke dalam bentuk Al Quran raksasa. Pasalnya banyak kalimat yang posisinya tidak pas karena ukuran kertas yang digunakan jauh berbeda.

"Kendala yang paling susah terkadang penempatan kalimatnya tidak pas karena ukuran kertas yang berbeda," terangnya.

Sementara Rudi Sarjono Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Blitar mengatakan, awalnya ide membuat Al Quran raksasa tersebut muncul setelah melihat Ahmad Yani yang sering menuangkan goresan kaligrafi di atas kertas. Bahkan sebelumnya Ahmad Yani juga sudah pernah menulis Al Quran ukuran normal, dan telah diserahkan ke Masjid Agung Kota Blitar. 

"Awalnya memang ada ide dari teman-teman di luar yang tau jika ada warga binaan yang mahir kaligrafi, sehingga kita mendorong agar yang bersangkutan menulis Al Quran dalam ukuran raksasa," ungkap Rudi Sarjono.

Lanjut Rudi Sarjono, rencananya setelah jadi, Al Quran raksasa tersebut akan diserahkan ke Masjid Agung Wlingi setelah proses verifikasi dari pihak Kementerian Agama. Verifikasi itu untuk memeriksa kebenaran tulisan dan tanda bacanya.

"Setelah jadi Al Quran raksasa ini jadi akan kita serahkan ke Masjid Agung Wlingi sebagai salah satu persembahan dari Lapas, karena dalam proses penulisan Al Quran raksasa ini juga banyak mendapat dorongan dari pemerintah Kabupaten dan takmir Masjid Agung Wlingi," pungkasnya. (blt1/tri/rev)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO