Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (12): Gelaran Piala Dunia jadi Ajang Dakwah

Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (12): Gelaran Piala Dunia jadi Ajang Dakwah Warga Kampung Bureng saat melakukan Salat Maghrib berjamaah usai buka bersama (bukber) di Masjid At Taqwa. foto: YUDI A/ BANGSAONLINE

“Parahnya lagi, ibu-ibu pada komplain karena uang jatah belanjanya ikut dipakai untuk taruhan bola,” tegas pria yang biasa disapa Abah Hamid oleh para santrinya ini.

Melihat kondisi yang semakin parah itu, ia pun memutuskan untuk terjun ke lingkungan sekitarnya untuk berdakwah. Ia harus mencari cara bagaimana supaya praktik-praktik judi bola segera berhenti. Ia harus bisa mengajak warga untuk mau belajar agama dan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Karena dari segi umur, mereka sudah tidak muda lagi alias bapak-bapak yang cara memberi tahunya juga berbeda dengan yang masih remaja.

“Saya masih ingat kejadian saat saya terjun langsung ke masyarakat itu sekitar tahun 1999-2008,” kenangnya.

Cara dakwahnya juga tergolong unik. Entah bagaimana ceritanya, warga yang doyan judi bola itu jagoannya selalu menang saat petandingan berlangsung hingga piala dunia berakhir. Hal ini membuat bandar-bandar judi mengalami kebangkrutan total. Dengan memegang uang itulah, masing-masing penjudi tidak perlu lagi mengambil barang-barang yang bukan miliknya untuk dijual lalu uangnya dipakai judi.

“Dari rasa nyaman ini kemudian saya ajak mereka secara perlahan untuk mau masuk masjid terlebih dahulu, kemudian belajar salat dan mengaji. Mereka itu masuk masjid saja sudah sungkan, karena masyarakat sudah tahu pekerjaannya sebagai seorang pencopet. Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli sama mereka,” pungkasnya. (ian/lan/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO