​Khofifah Dianggap Anak Ideologi Gus Dur, Gusdurian Madura Dukung Maju Pilgub Jatim

​Khofifah Dianggap Anak Ideologi Gus Dur, Gusdurian Madura Dukung Maju Pilgub Jatim Komunitas Gusdurian menyerahkan cinderamata berupa lukisan kepada Khofifah Indar Parawansa sebagai dukungan maju pilgub Jatim di Pendopo Kabupaten Sampang Madura. Tampak Plt Bupati Sampang Fadilah Budiono ikut menyaksikan dukungan dan penyerahan cindera mata tersebut. foto: istimewa

SAMPANG, BANGSAONLINE.com - Gelombang dukungan terhadap Khofifah Indar Parawansa untuk maju dalam pemilihan gubernur Jawa Timur makin membesar. Bahkan komunitas Gusdurian Madura secara terang-terangan meminta ketua umum PP Muslimat NU itu jadi calon gubernur Jawa Timur.

"Harapan besar kami yang akan memimpin Jatim ke depan adalah orang yang memiliki visi dan misi yang sama dengan Gus Dur, minimal anak ideologi Gus Dur," kata Ketua Gusdurian Madura, Ra Fudoli, Senin (19/6).

Dukungan terhadap Khofifah ini ditandai dengan cinderamata berupa lukisan bergambar "Bunda". Lukisan itu diserahkan Ra Fudoli usai Khofifah menyalurkan bansos Program Keluarga Harapan (PKH) nontunai di Pendopo Kabupaten Sampang, Minggu (18/6). Plt Bupati Sampang, Fadilah Budiono, ikut menyaksikan acara dukungan dan penyerahan cindera mata itu.

Menurut Ra Fudoli, dari sekian kader Nahdlatul Ulama (NU) yang muncul sebagai kandidat gubernur, hanya Khofifah yang merupakan anak ideologi Gus Dur. Ia juga percaya Khofifah bisa mengemban apa yang selama ini diperjuangkan Gus Dur.

"Sebagian orang menganggap yang bisa memperjuangkan ruh perjuangan Gus Dur bukanlah orang-orang politik. Anggapan itulah yang membuat kami merujuk ke Bunda Khofifah," tandasnya.

Bukankah para kiai di struktur PWNU Jatim terang-terangan mendukung Saifullah Yusuf (Gus Ipul)? Ra Fudoli tak mempersoalkan dan lebih melihat hal itu sebagai dinamika politik.

"Apa yg diusung Gus Dur salah satunya adalah pluralisme, bahwa sebenarnya NU tidak ke mana-mana tapi ada di mana-mana dan itu menjadi hak bagi setiap warga NU, termasuk berpolitik," katanya.

"Kita sudah berkomitmen, siapapun yang mampu meneruskan perjuangan Gus Dur maka itulah yang kita dukung. Nah, satu-satunya yang bisa meneruskan perjuangan Gus Dur kami melihat hanya ibu (Khofifah)."

Selain ideologi, secara emosional, Gusdurian juga merasa punya kedekatan dengan Khofifah. "Dulu Bu Khofifah-lah yang mengantarkan Gusdurian Madura bertemu dengan Mbak Alisa Wahid (putri sulung Gus Dur)," katanya.

Ra Fudoli optimistis Khofifah bakal memenangi karena kekuatan dukungan di grass-root sangat besar, bahkan lebih meluas dibanding dua Pilgub sebelumnya (2008 dan 2013). "Dengan komunikasi yang intens antarkomunitas pendukung ibu, insyaallah kali ini ibu yang menang," ujarnya.

Apalagi, lanjut Ra Fudoli, Khofifah memiliki basis dukungan lebih riil, yakni perempuan, khususnya warga Muslimat NU. "Ada satu ungkapan di Madura: Muslimat NU akan selalu menang karena kalau bapak-bapak nggak mau ikut pilihan ibu-ibu bisa nggak dimasakin," selorohnya.

"Ini ungkapan yang sempat booming di Madura, makanya kemudian di Madura kemarin sebenarnya Bu Khofifah menang besar. Kalau kemudian kalah, itulah yang membuat kami heran."

Apakah dukungan ini menandakan kalau Gusdurian Madura berpolitik? Alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo tersebut tak membantah, terlebih sejak Seknas Gusdurian mendukung Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2014.

"Bagi saya, iya (berpolitik). Memang Seknas sempat mengatakan Gusdurian pada hakikatnya tidak berpolitik, tapi opini itu berubah ketika Pak Jokowi naik dan Seknas mendukungnya," katanya. (*)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO