Salak Wedi, Buah Asli Bojonegoro tanpa Tersentuh Pestisida

Salak Wedi, Buah Asli Bojonegoro tanpa Tersentuh Pestisida Kebun salak wedi. foto: Dhian Bintariana/ BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com- Agro wisata Kebun Salak di Bojonegoro andalkan salak wedi tanpa pestisida dengan rasa yang manis.

Agro wisata kebun salak terletak di Desa Tanjungharjo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Lokasi ini cukup mudah dijangkau oleh wisatawan karena terletak di dekat pusat kota Bojonegoro.

Salak wedi menjadi salah satu ikon kota Bojonegoro. Selain rasanya yang manis, salak wedi juga mempunyai ukuran yang lebih besar dari salak lainnya. Teksturnya sedikit berair dan rasanya yang manis membuat salak wedi mempunyai rasa khas. Dinamakan salak Wedi karena perkebunan salak di Bojonegoro banyak berkembang di Desa Wedi.

Awalnya Pemerintah mencari tempat atau kebun yang cocok untuk dijadikan tempat wisata. akhirnya terpilih tempat Nanik untuk menjadi tujuan wisata kebun salak. Selain kebunnya yang luas, tempat yang strategis juga sangat mendukung sebagai tempat wisata.

Ada beberapa macam paket untuk tarif masuk ke Agro Wisata Salak, yakni Rp. 8 ribu dan Rp. 15 ribu. Rp. 8 ribu untuk biaya masuk tanpa mendapatkan satu kresek salak, namun jika membayar dengan harga Rp. 15 ribu mendapatkan bonus satu kresek salak.

“Dulu salak dulu sangat murah sekali di Bojonegoro harga 10 salak hargana pernah Rp. 2 ribu-Rp. 3 rb. Dengan adanya kebun salak sebagai tempat pariwisata diharapkan dapat mendongkrak harga salak yang murah di Bojonegoro,” tutur Nanik selaku pengurus Agro Wisata Salak pada (24/02).

Saat pembukaan kebun salak ini dibuka banyak sekali warga yang antusias membuat olahan dari bahan dasar salak. Selain itu banyak pengunjung yang datang. Saat tahun baru bisa mencapai 5000 pengunjung.

“Kita mungkin ke depannya ingin membuat kuliner dengan berbagai olahan salak untuk menunjang wisata ini. Ya mungkin sitem ke depannya bisa dibilang seperti di kebun coklat,” tutur Nanik.

Salak wedi mempunyai banyak perbedaan dengan yang lainnya yaitu rasa yang lebih manis. Untuk penjualan salak di kebun Agro wisata salak hanya diedarkan Bojonegoro. Hanya saja jika ada yang berkunjung ke kebun bisa membeli.

Jumlah pohon di kebun Agro ada sekitar 350 pohon salak. Sekali panen bisa sekitar 80.000 lebih buah salak. Sedangkan panennya tiap 3 bulan. Setiap panen sudah ada yang memesan salak.

“Kualitas salak yang ada di kebun Agro Wisata salak sangat alami, kita tidak memakai pupuk atau bahan lainnya yang bisa membuat salak tumbuh dengan rasa yang manis. Jadi salak di sini dibiarkan begitu saja dalam hal pertumbuhannya. Perawatannya cukup dengan membersihkan kebun dan membantu penyerbukan. Mungkin hal ini yang membedakan salak wedi dengan yang lainnya Sampai saat ini salak wedhi Bojonegoro hanya dijual di pasar tradisional Bojonegoro. Saya berharap kedepannya ingin salak wedi lebih dikenal oleh banyak masyarakat dan banyak dijual di toko-toko buah baik dalam maupun luar Bojonegoro,” tutur Nanik pada wawancara (24/02).

Dengan adanya kebun salak ini pemerintah Bojonegoro ingin mengenalkan salak Khas Bojonegoro kepada daerah-daerah lain dan bisa go internasional. Selain itu juga mengenalkan masyarakat tentang edukasi botani atau perkebunan. (*)

Sumber: *Dhian Bintariana

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO