Sekilas Cerita Penumpasan Buwana Keling oleh Ulama di Pacitan

Sekilas Cerita Penumpasan Buwana Keling oleh Ulama di Pacitan Makam Buwana Keling di Pacitan. foto: ist

Menurut legenda setempat Sunan Kalijaga menemui Sunan Geseng dan Mbah Brayut (Sunan Bayat) dalam rangka membuka lokasi nelayan, sempat melakukan salat berjamaah di tepi pantai Kaliwuluh. Peninggalan mereka yang kemudian dikenal sebagai batu pesalatan Kalijaga, dan masih ada sampai saat ini.

Pada masa peralihan Wengker Kidul dari Buwana Keling yang berkiblat pada Majapahit jatuh ke tangan utusan Demak di bawah koordinasi betara Katong tahun +1500 M, beberapa tokoh ulama dan tokoh masyarakat berkumpul di puncak Gunung Limo. Tokoh-tokoh tersebut adalah Kyai Jaiman (Arjosari), Ki Ageng Komoh (Gembuk), Syeh Maulana Maghribi (duduhan Bintaro), Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong, Ki Ageng Menak Sopal, Mbah Brayut, Mantri Tamtama beserta para soreng pati (pasukan Demak). Sebagai tanda masuknya Islam di bumi Wengker Kidul mereka memberi tanda berupa penancapan panji hitam di puncak Gunung Limo yang diberi nama Pusaka Kyai Tunggul Wulung.

Usai pertemuan tokoh-tokoh tersebut sebagian melanjutkan dakwah ke daerah lain dan sebagian tinggal di Wengker Kidul. Beberapa tokoh yang meninggalkan daerah Wengker Kidul antara lain, Ki Ageng Menak Sopal pergi ke daerah Trenggalek, Sunan Geseng (Cakrajaya) ke daerah Jolosutro, Piyungan, Bantul Yogyakarta, Sunan Bayat/Mbah Brayut ke daerah Klaten (Jawa Tengah) dan Syeh Maulana Maghribi ke Kasultanan dikawal sebagian prajurit Soreng Demak Bintoro.

Pada tahun 1825-1830, ketika Perang Sabil berkobar sampai di tlatah Pacitan, Diponegoro memakai jubah putih dan berpakaian wulung, turut serta dalam pasukannya mengibarkan “Panji Hitam Tunggul Wulung” dipimpin Kyai Yahudo Lorok (Ngadirojo Pacitan). Keturunan Kyai Yahudo bernama Kyai Hasan Besari di Tegalsari Ponorogo (Guru Muhammad Burham/R.Ngabehi Ronggowarsito/Abdul Manan Kyai Tremas).

Ucapan Pangeran Diponegoro kepada Jendral De Kock pada saat penangkapannya. “Namaningsun Kangjeng Sultan Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun Ratu Islam Tanah Jawi” (Nama saya adalah Kanjeng Sultan Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk menata orang Islam yang tidak setia, sebab saya adalah Ratu Islam Tanah Jawa).

Dalam konteks inilah, sejarah syiar Islam sebagai sebuah ajaran, kemudian bersilang simpang siur dengan kekuasaan politik dan nasionalisme. "Penyebaran agama Islam, membawa dampak secara langsung terhadap perluasan pengaruh, berarti juga kekuasaan dan perjuangan. Di masa peralihan Islam Raden Patah telah menjadi figur yang diidealkan, penguasa sekaligus ulama. Bagi kalangan tokoh-tokoh muslim tradisional di daerah Wengker, Raden Patah melalui saudaranya Batara Katong sebagai peletak dasar kekuasaan politik di Wengker (Ponorogo), dan lebih dari itu dalam ekspansi kekuasaan pengaruh politiknya sampai di Wengker Kidul (Pacitan)," jelas Jolothundo.

Senjakala Majapahit menguatkan tekad Raden Patah menyatukan saudara-saudaranya yang merupakan keturunan langsung dari ayahanda Brawijaya V di Wengker Kidul di bawah panji kebesaran Kasultanan Demak yang bercorak Islam, ragam peristiwa terekam dalam ragam sejarah lisan, cerita dan legenda masyarakat Pacitan. Kegemilangan peradaban Islam di Wengker Kidul ditandai dengan berkibarnya Panji Hitam Tunggul Wulung di puncak Gunung Limo.

Berlanjut pada peristiwa pendadaran Prajurit Mataram di bawah Panji Tunggul Wulung sebagai wujud nasionalisme, pertahanan dan perlawanan masyarakat pada masa Sultan Agung, Gunung Limo telah menjadi simbol kebesaran masyarakat Pacitan. Fenomena Panji Hitam Tunggul Wulung di tangan Kyai Yahudo berkibar mengiringi Pangeran Diponegoro dalam perang Sabil melawan penjajah Belanda, memberikan isyarat bahwa Tunggul Wulung adalah sejarah.

"Posisi itulah yang menjadi menarik untuk dilacak lebih jauh, terutama dalam kaitan membaca wilayah alam bawah sadar yang menggerakkan kultur Islami masyarakat, khususnya elit-elitnya (tokoh besar nasional, ulama, kyai dan para sesepuh) yang terlahir di Pacitan," pungkasnya. (yun/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO