Karya Seni Tertua Ditemukan di Maros Sulawesi

Karya Seni Tertua Ditemukan di Maros Sulawesi ? Dr Muhammad Ramli, pakar arkeologi, sedang mengamati lukisan gua yang ada di Maros Sulawesi. Foto: repro bbc


JAKARTA (bangsaonline)

Para ilmuwan menemukan sejumlah kuno di - di kawasan pedesaan Maros, Sulawesi Selatan dan diperkirakan sebagai salah satu karya seni tertua dunia.

Baca Juga: Kirim Lima Lukisan ke Jepang , Siswi SDN Junrejo 2 Kota Batu Raih Prestasi Internasional

Sejauh ini, temuan di - hanya ditemukan di Eropa Barat.

Para peneliti mengatakan kepada jurnal Nature bahwa temuan di Indonesia ini dapat memberikan gambaran lebih lanjut tentang bagaimana manusia menemukan kemampuan memproduksi barang seni.

Para ilmuwan dari Australia dan Indonesia meneliti lapisan stalaktit di itu yang menutupi - ini.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Optimis PSLI 2022 Jadi Resonansi Bangkitnya Ekonomi Kreatif dan Industri Seni

Para seniman purba membuat itu dengan menempelkan cat dengan tangan ke dinding dan langit-langit . Diperkirakan ini paling tua berumur paling tidak 40.000 tahun.

Dr Maxime Aubert, dari Universitas Griffith di Queensland, Australia, yang meneliti umur itu menerangkan bahwa salah satu di antaranya kemungkinan sejenis yang paling kuno.

Lukisan binatang yang kemungkinan hanya ditemukan dan diburu di Sulawesi.

Baca Juga: 3.000 Lukisan Dipamerkan dalam PSLI, Termasuk 17 Lukisan SBY

"Usia ini adalah 39.900 tahun, dan merupakan stensil tangan tertua di dunia.

"Di samping ini adalah babi yang berumur paling tidak 35.400 tahun dan merupakan salah satu figur tertua di dunia, atau mungkin yang tertua," katanya kepada BBC News.

Ada pula yang berusia sekitar 27.000 tahun, dan itu berarti penduduk di sekitar melukis selama paling tidak 13.000 tahun.

Baca Juga: Kolaborasi Chef Surabaya Suites Hotel dan 15 Pelukis, Racik Bumbu Dapur Jadi Bahan Melukis

Selain itu, ada pula di - di kawasan Bone, sekitar 100 kilometer di utara Maros.

Namun - itu tidak dapat diteliti umurnya karena banyaknya stalaktit.

Tetapi menurut para peneliti, usia itu kemungkinan sama dengan yang di Maros karena jenisnya mirip.

Baca Juga: Menjadi Daya Tarik, Pameran Lukisan PSK di Tulungagung Dikunjungi Ratusan Pengunjung

Temuan karya seni Indonesia ini penting karena menunjukkan awal intelektual manusia. Seni dan kemampuan untuk berpikir abstrak merupakan perbedaan utama manusia dengan binatang.

Kemampuan ini mengantarkan manusia untuk menggunakan api, mengembangkan roda dan jenis teknologi lain.

Temuan ini juga menandai momen penting saat spesies kita menjadi manusia yang sebenarnya.

Baca Juga: Cicit Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari Hadiri Festival Lukisan Tokoh NU

Usia karya seni di Sulawesi ini juga menunjukkan bahwa gagasan tentang kapan dan dimana evolusi terjadi harus direvisi lagi.

Lukisan yang ditemukan di Sulawesi dan di Spanyol tampak serupa dan keduanya berumur sama.

Selama berabad-abad, karya seni hanya ditemukan di Spanyol dan Prancis selatan.

Baca Juga: Prihatin Bencana Semeru, Komisi Seni dan Budaya MUI Gresik Lelang Dua Lukisan

Dr Muhammad Ramli mengatakan di Maros ini terkikis polusi akibat industri lokal.

Dengan temuan itu, banyak yang meyakini ledakan kreativitas yang berujung pada munculnya seni dan sains yang ada sekarang bermula di Eropa.

Namun temuan serupa di Indonesia ini akan mempengaruhi pandangan itu, menurut Profesor Chris Stringer dari Museum Natural History di London.

Baca Juga: Dispendik Surabaya Gelar Kegiatan Melukis On The Spot

Temuan berusia 40.000 tahun di Sulawesi ini, menunjukkan kemampuan menciptakan karya seni berasal dari Afrika, sebelum manusia modern menyebarkannya ke seluruh dunia.

"Landasan karya seni ini berasal dari 60.000 tahun lalu dan bahkan telah ada di Afrika sebelum 60.000 tahun lalu dan menyebar melalui manusia modern," kata Stringer.

Dr Adam Brumm - salah seorang pemimpin peneliti di Sulawesi- mengatakan banyak tempat di Asia dan juga Australia, memiliki karya seni yang sangat tua namun belum secara akurat diteliti usianya.

Sementara itu, Dr Muhammad Ramli, pakar arkeologi, mengatakan di Maros ini terkikis polusi akibat industri lokal. "Pada awal tahun 1980an, banyak di situs ini dalam bentuk stensil tangan, seperti yang Anda lihat sekarang. Dan banyak yang rusak," kata Muhammad.

"Perlu dilakukan studi konservasi untuk mencari cara terbaik dalam menjaga situs-situs ini sehingga yang ada tetap bertahan," katanya kepada BBC News. (diberitakan oleh Pallab Ghosh Wartawan Sains BBC, di situs BBC)

Sumber: bbc

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO