Dari Diskusi Forkot Soal JIPPE, Warga Sebut Belum Terima Ganti Rugi Lahan

Dari Diskusi Forkot Soal JIPPE, Warga Sebut Belum Terima Ganti Rugi Lahan Suasana diskusi publik soal JIIPE yang digelar LSM Forkot di Kafe Deloji GKB. foto: SYUHUD/ BANGSAONLINE

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Diskusi publik dengan tema "Meningkatkan Kemaslahatan Kawasan Industri untuk Warga Gresik" yang digelar Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Kota (LSM Forkot) di Kafe Deloji GKB, menjadi ajang warga menumpahkan kekesalan.

Warga sekitar proyek yang dihadirkan satu per satu menyampaikan keluh kesahnya. Di antaranya terkait pembebasan tanah yang belum dibayar, dugaan penyerobotan tanah, isu pencemaran lingkungan, hingga menagih janji proyek katanya mampu menyerap tenaga kerja hingga ratusan ribu orang.

Baca Juga: Smelter Freeport di Gresik Resmi Beroperasi, Telan Anggaran hingga Rp58 Triliun

Diskusi ini mendatangkan sejumlah narasumber, di antaranya Anggota Komisi I DPRD Gresik Nasihan, Kabid Pencegahan Pencemaran Lingkungan DLH Gresik Bakhtiar Gunawan, Kabid Tata Lingkungan DLH Zakky, dan perwakilan dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.

Sementara pihak yang diundang tak hadir. Padahal, kehadiran pihak sangat ditunggu karena diharapkan bisa memberikan jawaban soal problematika yang dihadapi warga Manyar dan sekitarnya yang terdampak.

Beberapa keluhan salah satunya disampaikan Rozi, warga asal Manyar. Ia mengaku tanahnya ikut terdampak pembebasan lahan untuk proyek . Namun, hingga kini ia belum mendapat ganti rugi.

Baca Juga: Adhy Karyono Yakinkan Bank Jatim Siap Dukung Pengembangan JIIPE Gresik

Dirinya menyatakan telah berkali-kali mempertanyakan ke pihak terkait ganti rugi pembebasan lahan, namun tak mendapatkan jawaban yang diinginkan. "Hal ini harus kita lawan. Tapi yang kita hadapi pemilik Kota Gresik. Apa siap?," kata Rozi yang dijawab siap oleh para peserta diskusi publik.

"Kami siap datangkan para petani yang tanahnya terkena proyek dan belum dibayar," sambungnya.

Sementara Isom, dari PMII Gresik mempertanyakan status kawasan . Sebab, meski proyek itu merupakan patungan dari PT. AKR dan PT. Pelindo III, namun saham mayoritas dikuasai swasta.

Baca Juga: JIIPE Peduli Bagikan 2 Ribu Paket Lebaran untuk Warga Sekitar

Terkait hal ini, Nasihan berjanji akan mendukung warga seandainya dugaan penyerobotan tanah untuk proyek  memang benar adanya. "Kalau ada penyerobotan laporkan saja. Kami siap mendukung," tegasnya.

Sementara Zakky mengakui dalam pengawasan , jangkauan yang dimiliki DLH terbatas. Namun, demikian, ia menyatakan selama ini terus melakukan upaya.

"Sebab, di kawasan juga ada sejumlah aset pemerintah yang harus dijaga kelestariannya untuk masyarakat, seperti Kali Mireng dan Kali Mati. Di sekitar ada Kali Mireng dan Kali Mati. Jika tak normal keberadaannya bisa bahaya," katanya.

Baca Juga: Kunjungi Smelter PTFI di Gresik, Wamenaker Ajak Pekerja Sukseskan Hilirisasi

Sedangkan Bakhtiar Gunawan menambahkan, bahwa kawasan selama ini sudah memiliki dokumen lingkungan UKL dan UPL. "Jadi, sudah masuk kajian. Dan, kami telah melakukan pengawasan maksimal," jelasnya.

Menurut dia, di baru ada 3 perusahaan, seperti perusahaan garam. "Pihak wajib ada laporan 3 bulanan dan 6 bulanan, baik laporan soal limbah udara, padat, dan cair. Dan itu sudah dilakukan," pungkasnya. (hud/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO