Tafsir Al-Isra' 70: Pertarungan Bebas, Antara Ammar dan Jin Cewek

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

70. Walaqad karramnaa banii aadama wahamalnaahum fii albarri waalbahri warazaqnaahum mina alththhayyibaati wafadhdhalnaahum ‘alaa katsiirin mimman khalaqnaa tafdhiilaan.

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

TAFSIR AKTUAL

Masih mengaji ayat "Walaqad karramnaa banii Adam" (70), di mana Tuhan mencipta manusia dilengkapi dengan berbagai kelebihan dan penghormatan. Tak ada yang menyangkal, bahwa kemuliaan manusia ada pada akal sehatnya, di samping sebagai makhluq yang diamanati agama.

Persoalan menjadi seru setelah dihadapakan dengan pujian Tuhan terhadap para Malaikat sebagai hamba-Nya yang paling dekat dengan-Nya, "wa la al-mala'ikah al-muqarrabun" (al-Nisa':172). Apakah ayat ini sebagai kekecualian dari tesis pada al-Isra' 70 di atas, sehingga keunggulan manusia tidak bisa mengalahkan martabat Malaikat muqarrabun?

Jawabannya, "Tidak Juga". Sebab, bisa jadi, di sisi lain unggul manusia, tapi di sisi lain unggul malaikat. Sama seperti ketika manusia diadu dengan hewan, gajah misalnya. Juga melawan Jin, mana yang lebih unggul.

Dengan tangan kosong, pasti kuat gajah ketimbang manusia. Tapi ketika manusia menggunakan akal dan teknologinya, dengan menciptakan alat berat dan senjata penghancur, maka gajah tak ada apa-apanya di hadapan manusia. Begitu halnya melawan Jin, manusia kosongan bisa dipermainkan oleh Jin. Tapi ketika manusia menggunakan powernya, spiritualnya, ketaqwaannya, hizibnya, maka Jin tak ada apa-apanya melawan mansuia.

Era nabi Sulaiman A.S. membuktikan itu. Dalam pertemuan internal antar pembesar istana, Sulaiman melontarkan sayembara, "siapa yang bisa memboyong singgasana ratu Bilqis (Yaman) ke istananya (Palestina)". Jin Ifrit angkat bicara duluan, bawa dia sanggup memboyong singgahsana itu sebelum pertemuan bubar.

Melihat nabi Sulaiman A.S. kurang puas dengan kerja Jin Ifrit, seorang berilmu tinggi namanya Ashif angkat bicara: "saya sanggup memboyongnya sekejap mata. Mohon pejamkan mata tuan sebentar, lalu buka kembali". Dan benar, singgasana ratu Bilqis tiba-tiba ada di sebelahnya.

Begitu pula ketika awal penaklukan kota Makkah, di mana di sekitar ka'bah banyak patung-patung sesembahan jahiliah berjajar. Termasuk berhala favorit mereka, Manat atau Manah. Ketika Ammar ibn Yasir diperintah Rasulullah SAW menghancurkan, Jin penunggunya tidak terima dan melawan.

Lalu keluarlah sosok gaib berwujud perempuan hitam pekat, jelek, rambut gimbal, dengan mata bulat menyembul ke depan, sangat mengerikan. Pertarungan amat seru tak terhindarkan antara Ammar dan Jin penunggu berhala Manat. Para sahabat menonton pertarungan bebas tersebut dan Ammar berhasil menaklukkan. Nabi diberitahu dan seyum-seyum memujinya.

Dengan demikian, bisalah dikata, bahwa perbandingan kemuliaan antara manusia dan malaikat muqarrabin ditentukan oleh kualitas manusia dalam keimanan, amal shalih, dan ketawaan. Semakin tinggi ketaqwaan manusia, semakin terhormat di hadapan Tuhan, otomatis para malaikat juga menghormat.

Sebut saja malikat Ridlwan, sang manajer surga. Dia bukan tamu penikmat surga, melainkan sebagai pegawai. Dia dan stafnya justru ditugasi oleh Allah SWT untuk melayani kita. Sama-sama di surga, tapi perannya beda.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO