DENPASAR, BANGSAONLINE.com - Kehadiran Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di Denpasar Bali disambut hangat oleh umat Islam, terutama warga NU. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu hadir di pulau Dewata untuk memenuhi undangan acara Tabligh Akbar di Masjid Raya Baiturrahman Denpasar Bali, Sabtu malam (8/2/2020).
Acara itu digelar selain untuk menggalang dana pembangunan Madrasah Aliyah juga pelantikan pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kota Denpasar dan Jembrana Bali.
BACA JUGA:
- Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto
- Gus Nasrul: Banyak Sarjana Muslim yang Belum Paham Salat
- Menteri Sandiaga Uno Gunting Pita Monumen KH Abdul Chalim, Resmikan Desa Wisata Religi Leuwimunding
- RA Summit 2024, Perkuat Sinergi dan Kolaborasi demi Perjalanan Reforma Agraria di Indonesia
Sebelumnya, sore hari, Kiai Asep mengisi dialog yang digelar para pengurus Pergunu Kota Denpasar. Acara itu digelar di Wisma Sejahtera Kamenag Denpasar Jalan Kahuripan no 1 Bali.
Yang menarik, dalam acara dialog itu kiai miliarder yang dikenal dermawan itu minta agar bangsa Indonesia - terutama umat Islam - tidak kecil hati dalam menghadapi globalisasi. Menurut dia, meski pemerintah tak memihak kepada kita tapi kita tak boleh menyerah.
“Kita jangan jadi obyek globalisasi. Kita harus jadi subyek globalisasi. Kita jangan kecil hati,” kata mantan ketua PCNU Kota Surabaya itu.
(Jamaah masjid raya Baiturrahman Denpasar Bali mendengarkan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. foto: bangsaonline.com)
Ketua Umum Pergunu Pusat itu mengingatkan tentang kemandirian nenek moyang kita. Menurut dia, raja-raja di nusantara tak pernah mau tunduk kepada pihak asing. Ia menceritakan tentang Kubilai Khan saat mengirim utusan, Meng Khi, yang minta agar Jawa takluk kepada Mongol (China). Prabu Kertanegara bukannya tunduk. Raja Singosari itu justru memotong telinga Meng Khi, utusan Kubilai Khan. Padahal saat itu bangsa Mongol sudah menjadi kerajaan raksasa dunia. Ekspansi Mongol sudah mengusai ¾ dunia.
Menurut Kiai Asep, nenek moyang bangsa Indonesia bukan tipe bangsa yang gampang menyerah. Saat Kubilai Khan mengirim tentara untuk menyerbu Jawa karena utusannya dipotong telinganya, Raden Wijaya justru melawan dengan taktik politik yang cerdik. Raja Majapahit itu menghancurkan tentara Kubilai Khan saat mereka bersenang-senang merayakan kemenangan melawan Jayakatwang.