SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag sebagai warga Surabaya mengaku ikut malu karena terjadi kericuhan akibat mobil mesin laboratorium khusus polymerase chain reaction (PCR) bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Karena itu, pengasuh Pondok Pesatren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu siap membantu dan urunan membeli mobil tersebut.
BACA JUGA:
- Hajat Nikahkan Putra Ketiganya, Khofifah Ziarah Makam Suami dan Gelar Santunan Yatim
- Hadiri HUT Pepabri ke-65, Khofifah Berterima Kasih atas Sinergi Membangun Jatim
- Mohon Doa Restu Maju Pilgub Jatim 2024, Khofifah Ajak Muslimat NU Jember Perbanyak Sedekah
- Khofifah Ajak Nahdliyin Implementasikan Qanun Asasi NU saat Harlah Muslimat ke-78 di Kota Batu
“Saya siap membantu (nyumbang). Mobilnya kan HIACE. Harga mobilnya paling setengah miliar. Lalu alat-alatnya berapa. Paling Rp 1 miliar. Saya nyumbang berapanya. Saya kira uang segitu gak usah dipermasalahkan. Gak usah ribut-ribut. Malu. Kepala dinas sosialnya aja suruh ke sini. Yang penting, jangan sampai ada kericuhan, pertengkaran. Harus saling sabar. Menahan diri. Masyarakat juga yang sabar. Nggak boleh mengolok-olok wali kota. Gak boleh mengolok-olok gubernur. Malu!,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com usai menggelar salat malam dan istighatsah untuk menghilangkan Covid-19 di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Sabtu (30/5/2020) malam.
(Salat malam dan istighatsah di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Sabtu (30/5/2020) malam. foto: MMA/ bangsaonline.com)
Kenapa Kiai Asep mau menyumbang? “Saya warga Surabaya. Saya sebagai warga Surabaya kan ikut malu. Rame kayak gitu. Bu Risma sebagai wali kota kan juga malu,” kata kiai miliarder yang pada bulan suci Ramadan lalu membagikan 300 ton beras dan 40.000 sarung, serta uang Rp 50 ribu per orang bagi relawan penanganan Covid-19 dan warga terdampak secara sosial ekonomi virus Corona.
Kiai Asep ingin Jawa Timur segera memasuki new normal. Nah, kuncinya, bagaimana penyebaran covid-19 di Surabaya dan Sidoarjo ini bisa ditekan. Sebab, penyebaran terbesar Covid-19 di Jawa Timur adalah Surabaya dan Sidoarjo. “Kan 70 persen terbanyak Surabaya dan Sidoarjo,” katanya.
Menurut Kiai Asep, dalam kondisi seperti ini, semua pihak harus menahan diri. “Harus bersabar. Kalau sabar, pasti akan ada jalan keluarnya,” kata kiai miliarder yang dikenal dermawan itu.
(Salah satu tumpukan beras dari 300 ton yang dibagikan kepada para relawan penanganan Covid-19 dan warga terdampak secara sosial ekonomi virus corona di Guest House Institut KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur. foto: MMA/bangsaonline.com)
Ia berharap tatanan hidup baru atau new normal segera diberlakukan di Jawa Timur. “Itu penyelamatan kehidupan,” kata Kiai Asep yang mantan ketua PCNU Kota Surabaya. Sebab, jika tidak, berarti tak ada kehidupan. Tapi syaratnya, kata Kiai Asep, penyebaran covid-19 harus bisa ditekan. Terutama di Surabaya dan Sidoarjo. "Di daerah lain di Jawa Timur kan kita sudah berhasil," kata Kiai Asep. Jadi tinggal Surabaya dan Sidoarjo.
Karena itu ia tadi malam mengumpulkan para kiai dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik untuk salat malam dan istighatsah. “Salat malam dan salat istighatsah ini khusus Surabaya, Sidoarjo dan Gresik,” kata Kiai Asep yang mantan anggota DPRD Kota Surabaya itu.
Dalam istighatsah itu, Kiai Asep beserta para kiai mendokan para kepala daerah dan tenaga medis, serta semua yang terlibat dalam penangan Covid-19. Saat mendoakan, bahkan Kiai Asep menyebut satu per satu tiga kepala daerah (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) itu, disamping juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Presiden Jokowi, dan Wapres KH Ma’ruf Amin. Kiai Asep bersama para kiai bermunajat agar mereka diberi kekuatan, kesabaran dan mampu menyelesaikan covid-19 itu.
Klik Berita Selanjutnya