Butuh Pendampingan, BHS Minta Perizinan UMKM Tidak Dipersulit

Butuh Pendampingan, BHS Minta Perizinan UMKM Tidak Dipersulit JARING ASPIRASI: Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengunjungi UMKM cireng dan nugget, di Desa Sawotratap, Gedangan, Rabu (22/7). foto: MUSTAIN/BANGSAONLINE

SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo 2020 (BHS) meminta pemerintah tidak mempersulit perizinan bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM). 

Penegasan itu disampaikan saat BHS mengunjungi UMKM Cireng dan Nugget, di Dusun Pager Desa Sawotratap Kecamatan Gedangan, Rabu (22/7).

Baca Juga: Pilkada Sidoarajo, BHS Masuk Tim Pemenangan Subandi-Mimik, Adam Rusydi Jadi Ketua Tim

Menurut BHS, perizinan masih menjadi kendala bagi UMKM di Sidoarjo, termasuk usaha makanan cireng dan nugget di Desa Sawotratap itu. 

"Padahal UMKM menjadi sumber devisa (pendapatan) Sidoarjo. Jumlah UMKM di Sidoarjo sekitar 216 ribu. Semestinya perizinan UMKM nugget ini tidak boleh dipersulit oleh oknum siapapun juga," tegas BHS.

BHS pun meminta pihak terkait untuk jemput bola dan memberikan pendampingan terhadap pengurusan perizinan oleh UMKM. Misalnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang menangani izin edar produk. 

Baca Juga: Upacara HUT ke-79 RI Bersama Masyarakat, BHS Gelorakan Semangat Nasionalisme

"UMKM ini butuh bimbingan. Sehingga saat proses pengurusan sertifikasi, usaha mereka tetap jalan. Yang kita harapkan, (perizinan) jangan sampai dipersulit," tandas politikus Partai Gerindra ini.

Saat mengunjungi usaha pembuatan cireng dan nugget di Desa Sawotratap ini, BHS bakal mengupayakan pemilik usaha bisa mendapatkan bantuan modal melalui kredit usaha rakyat (KUR). Sehingga bantuan modal itu bisa dipakai untuk mengganti alat produksi yang masih manual, menjadi modern.Sehingga material sisa yang terbuang, tidak lebih dari 10 persen. 

Baca Juga: Waspadai Pinjol, Indah Kurnia Ajak Pelaku UMKM Bijak Atur Keuangan

"Saya akan dorong bisa dapatkan alat dengan pembiayaan KUR, yang bunganya 6 persen dan nanti akan diturunkan jadi 3 persen, untuk memperkuat usaha ini," tegas mantan anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.

Permasalahan bahan baku bagi UMKM cireng dan nugget ini, yakni tepung tapioka, juga menjadi perhatian BHS. Dia sempat trenyuh begitu tahu jika usaha pembuatan cireng dan nugget ini, ternyata membeli tepung tapioka dari Semarang dan Lampung. Padahal, Sidoarjo sendiri juga dikenal memiliki banyak industri kerupuk, yang ternyata terbesar di Indonesia.

Kondisi tersebut, kata BHS, tidak boleh terjadi lagi di masa mendatang. Jika nantinya diamanahi sebagai Bupati Sidoarjo, dia mematok target harus ada pabrik tepung di Sidoarjo. Selain untuk memasok kebutuhan di Sidoarjo, pabrik tepung tersebut bisa memenuhi permintaan dari Surabaya, Pasuruan, dan Mojokerto.

Baca Juga: Idul Adha 1445 H, BHS Bagikan Ribuan Paket Daging Kurban

Kata BHS, dengan adanya pabrik tepung tersebut, Sidoarjo nantinya juga harus siap memenuhi kebutuhan ketela sebagai bahan baku tepung tapioka. Dengan menanam ketela pada 1 persen dari 12 ribu hektare lahan pertanian di Sidoarjo, sudah cukup untuk memasok kebutuhan bahan baku pabrik tepung tapioka. "Satu persen sudah cukup. Apalagi kalau kita perbesar menjadi dua persen, akan luar biasa," tandas alumnus ITS Surabaya ini.

Ditegaskan BHS, potensi-potensi ekonomi kerakyatan tersebut, yang didukung potensi lainnya, di antaranya pertanian, dengan misalnya adanya pabrik tepung, yang tentunya bakal memiliki karyawan. Dengan hidupnya UMKM, perekonomian lokal juga bakal menggeliat. "Ini yang saya harapkan. Saat saya diamanahi sebagai bupati, ini pasti akan saya laksanakan segera," tandasnya.

Pemilik UMKM cireng dan nugget, Daryono, mengaku butuh bimbingan pihak terkait untuk mengurus perizinan dari Badan POM. Jika langsung berhubungan dengan Badan POM, pihaknya merasa kesulitan. Hal itu karena kondisi UMKM beda dengan industri besar. "Kalau UMKM kan nggak bisa. Tapi kalau ada bimbingan, Insya Allah bisa," cetusnya saat dikunjungi BHS.

Baca Juga: MSI Simulasikan Pasangan Kandidat Pilkada Sidoarjo 2024, ini Elektabilitasnya

Daryono mengaku kini sudah memiliki izin produk industri rumah tangga (PIRT). Kata dia, usaha cireng dan nugget miliknya sudah berjalan delapan tahun ini. Saat awal berdiri, Daryono hanya dibantu dua pekerja. Kini pekerjanya berjumlah 30 orang. "Produk kami kirim ke frozen (agen) di Sidoarjo dan Surabaya," bebernya. (sta/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO