Bayi di Jombang Meninggal saat Dilahirkan di RS Swasta, Ibu Mengaku Ditelantarkan karena Reaktif

Bayi di Jombang Meninggal saat Dilahirkan di RS Swasta, Ibu Mengaku Ditelantarkan karena Reaktif Suami pasien DR yang melahirkan di RS PMC.

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Seorang ibu hamil yang menjadi pasien di sebuah rumah sakit swasta di Jombang mengaku ditelantarkan. Pasien tersebut terpaksa melahirkan bayinya tanpa ditangani tenaga kesehatan, hingga menyebabkan bayinya meninggal dunia.

Pasien tersebut diketahui bernama DR (27), warga Desa Gedangan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Saat hendak melahirkan, dirinya bersama suaminya, BK (29), memilih Rumah Sakit Pelengkap Medical Center (RS PMC), yang berada di Jalan Juanda, Kelurahan Kepanjen, Kecamatan/Kabupaten Jombang, untuk proses persalinan anak keduanya.

Ia masuk ke RS PMC pada Selasa (04/08), sekira pukul 01.30 WIB. Saat tiba di rumah sakit, DR ditangani pertama kali di ruang IGD. Kemudian pasien tersebut dilakukan rapid test dan hasilnya hasil reaktif. Karena menunjukkan reaktif, pasien ditempatkan di ruang khusus yaitu ruang Darusallam di lantai dua.

Setelah pasien berada di ruang Darusallam RS PMC Jombang, DR mengaku tidak mendapatkan penanganan oleh tenaga medis rumah sakit. Padahal saat itu ia merasa kesakitan dan sudah mengeluarkan air ketuban.

“Saat di IGD itu masih pembukaan satu, air ketuban sudah keluar, sudah merasakan sakit juga. Terus ibu dan suami laporan ke perawat, katanya ndak papa sudah biasa. Waktu di ruang atas itu, air ketuban terus keluar. Ibu saya bilang ke perawat, tapi tetap katanya gak papa gitu, nunggu jam 9 pagi selesai observasi enam jam,” ucap DR saat ditemui di rumahnya.

Selanjutnya, DR akhirnya melahirkan anaknya pada pukul 04.30 WIB, tanpa bantuan tenaga medis RS PMC. Nahasnya, bayi yang dilahirkannya itu tidak mengeluarkan suara tangisan. Merasa curiga dengan kondisi bayi, ibu pasien yang mendampingi langsung mendatangi perawat.

Sayangnya, pertolongan terhadap pasien dan bayi baru dilakukan 30 menit setelah proses kelahiran bayi. Hingga akhirnya, bayi perempuannya itu dinyatakan sudah meninggal dunia. Hal tersebut lantas membuat kecewa sang ibu.

“Yang saya kecewakan itu waktu di ruang Darusallam, ketika saya kesakitan perawat terus bilang nanti jam 9 (ditangani, red). Hingga akhirnya keluar bayinya itu pun tidak langsung dilihat, baru setengah jam setelah bayi lahir, baru dilihat. Kalau menurut saya, waktu bayi lahir itu tidak nangis, kalau itu langsung ditangani, langsung dikasih oksigen, dikasih penghangat, ya ndak sampai kayak gitu (meninggal, red),” ujarnya.

Kekecewaan juga diluapkan oleh suami pasien, BK (29). Ia merasa istrinya ditelantarkan oleh pihak rumah sakit. Sejak awal masuk IGD hingga di ruang Darusallam RS PMC, istrinya hanya ditangani tenaga medis dua kali.

Bahkan menurutnya, saat bayinya lahir tidak ada perawat ataupun tenaga medis lainnya yang membantu. Padahal, saat itu ada perawat dan bidan di ruang IGD. Alasan tenaga medis tidak menangani istrinya saat itu, lanjut BK, karena istrinya dicurigai Covid-19, lantaran reaktif hasil rapid test.

“Alasannya dokternya itu, kalau masuk ke ruangan harus menggunakan APD (alat pelindung diri). Kalau sudah menggunakan APD tidak bisa menangani pasien lain. Waktu lahir itu masih di bawah bidannya itu. Alasannya masih menangani yang lainnya. Padahal di atas itu ada perawat dan tidak ditangani,” tuturnya.

Ia berharap, ke depan tidak ada lagi kasus penelantaran yang dilakukan oleh rumah sakit. “Janganlah membeda-bedakan pasien reaktif, ini kan penyakitnya belum tentu positif atau tidaknya. Tapi dengan begitu, dia menelantarkan seseorang yang bertaruh nyawa melahirkan anaknya, yang tidak pasti mati atau hidup,” pungkas BK.

Pihak RS PMC masih dalam proses konfirmasi. (aan/ns)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO