Imbas Kasus KIPI di Jakarta​, DPRD Jatim Minta Penggunaan Vaksin AstraZeneca Dihentikan Sementara

Imbas Kasus KIPI di Jakarta​, DPRD Jatim Minta Penggunaan Vaksin AstraZeneca Dihentikan Sementara Suwandy Firdaus, Anggota Komisi E DPRD Jatim. (foto: ist)

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi atau KIPI di DKI Jakarta yang menimpa seorang pemuda bernama , kini menjadi perhatian publik. Korban meninggal dunia usai mendapatkan vaksinasi AstraZeneca.

Karena alasan itu, Suwandy Firdaus, Anggota Komisi E DPRD Jatim menilai penggunaan Vaksin AstraZeneca di Jawa Timur harus ditinjau ulang atau dihentikan terlebih dahulu. Pasalnya, Vaksin AstraZeneca paling banyak digunakan di Jawa Timur.

Anggota Fraksi Partai NasDem ini meminta agar Pemprov Jatim menghentikan sementara vaksinasi AstraZeneca di Jatim, mengingat di DKI telah menimbulkan korban jiwa.

"Untuk di Jatim saya minta AstraZeneca dihentikan dahulu. Hal ini untuk memastikan tidak menimbulkan korban jiwa seperti di DKI,” ujarnya, Selasa (18/5/2021).

Politikus asal Mojokerto ini berharap dilakukan evaluasi ulang dari penggunaan vaksin tersebut. Hal itu sebagai upaya pencegahan dini kasus yang terjadi di Jakarta tidak terulang.

Dikatakan Suwandy, pada prinsipnya pihaknya mendukung upaya penuh pemerintah dengan melakukan vaksinasi untuk kekebalan tubuh masyarakat atas Covid-19. Namun, sebelum dilakukan vaksinasi, harus didahului penelitian untuk memastikan keamanan dan meminimalisir efek samping pascavaksinasi.

"Jangan sampai tanpa penelitian dan langsung disalurkan ke masyarakat. Kalau timbul korban jiwa akibat disuntik vaksin terus siapa yang bertanggung jawab," ujar anggota parlemen berlatar aktivis buruh ini setengah bertanya.

Sekadar diketahui, pemuda asal Jakarta, meninggal dunia usai menerima Vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 dengan gejala sakit kepala berat. Selain Trio, ada satu pasien lagi yang profilnya tak terungkap juga meninggal dunia setelah disuntik AstraZeneca tersebut. Saat ini, kasus tersebut sedang dalam penelitian Komnas KIPI dan BPOM.

Terpisah, dr. Siti Nadia Tarmidzi, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan menjelaskan, efek samping yang jarang terjadi setelah vaksinasi, seperti kebas dan pegal pada daerah penyuntikan, hingga demam tinggi sebaiknya dibandingkan dengan risiko kematian yang akan terjadi akibat penyakit Covid-19 serta potensi yang akan dihasilkan vaksin untuk mencegah infeksi dan mengurangi kematian akibat penyakit tersebut. Dalam konteks ini perlu dicatat bahwa hingga saat ini, setidaknya 3,36 juta orang di seluruh dunia telah meninggal karena Covid-19.

“Penggunaan Vaksin AstraZeneca tetap terus berjalan dikarenakan vaksinasi Covid-19 membawa manfaat lebih besar," jelas dr. Siti Nadia Tarmidzi.

Dia melanjutkan, dalam kampanye vaksinasi merupakan hal yang wajar bagi negara untuk melakukan identifikasi potensi efek simpang setelah imunisasi. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa kejadian tersebut terkait dengan vaksinasi itu sendiri, tetapi kejadian tersebut harus diselidiki untuk memastikan bahwa setiap masalah keamanan ditangani dengan cepat. Tentunya pemberian vaksin didasarkan pada analisis risiko versus manfaat.

"Kita harus mengetahui riwayat penyakit seseorang sebelum memutuskan apakah KIPI terkait dengan vaksinasi. Itulah yang saat ini sedang dikaji oleh Komnas KIPI,” pungkasnya. (mdr/zar)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO