Yuk... ke Perkampungan Ikan Cupang Kediri, Abdul Mutholib Sukses Berawal dari Ikan Hias

Yuk... ke Perkampungan Ikan Cupang Kediri, Abdul Mutholib Sukses Berawal dari Ikan Hias Abdul Mutholib menunjukkan dua ikan cupang super red hasil budidayanya. foto: Muji Harjita/ bangsaonline.com

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Ada pemandangan menarik di Desa Badalpandean, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sedikitnya ada 230 warga di Desa Badalpandean yang memkan . Badalpandean memang bisa disebut perkampungan cupang.

Nah, Muji Harjita, wartawan BANGSAONLINE.com di Kediri mencoba menelurusi perkampungan ini.

Budi daya memang tak kenal pandemi. Di masa pandemi ini permintaan tetap stabil, bahkan cenderung meningkat.

Adalah Abdul Mutholib, 58, salah satu warga Desa Badalpandean yang sejak sepuluh tahun terakhir ini memkan . Sebelumnya, Abdul Mutholib adalah pembudi daya ikan hias seperti koi, koki, dan yang lain.

Kepada BANGSAONLINE.com, Abdul Mutholib menceritakan, awalnya ia dibantu istrinya memkan ikan hias. Tapi ketika permintaan ikan hias mulai menurun, ia beralih ke budid aya . Tidak hanya ia saja yang beralih ke , tapi juga warga desa lainnya.

Menurut Abdul Mutholib, pembeli dan tengkulak yang ambil hasil budi dayanya tidak hanya dari Kediri dan daerah di Jawa Timur lainnya. Bahkan sudah merambah ke Jawa Tengah.

"Pasaran kami, kebanyakan memang ke Jawa Tengah, khususnya bagian utara seperti Kudus, Jepara, Pati, Rembang, dan Semarang," ujarnya, Selasa (29/6).

Lanjut Abdul Mutholib, Kabupaten Kediri memang bisa dikatakan pusat pembibitan . Tidak seperti daerah lain, misalnya Kabupaten Tulungagung yang hanya bisa pembesaran saja. Untuk bibit mengambil dari Kediri.

"Mungkin kualitas air di Kabupaten Kediri ini memang cocok untuk pembibitan dan ikan hias lainnya," imbuhnya.

Abdul Mutholib mengungkapkan, saat ini di pusat pembibitan nya ada sekitar 7.000 ekor yang siap jual dan sudah ditaruh di botol. Itu belum yang ada di 15 kolam miliknya yang per kolam terisi antara 2.000-5.000 ekor bibit .

Untuk harga, Abdul Mutholib menjelaskan relatif, tergantung kualitas dan jenis. Ada yang Rp. 10.000/ekor, tapi ada yang mencapai ratusan ribu per ekornya.

"Yang kami budi dayakan saat ini adalah jenis halmun, super red, nemoksi, plakat, serit, dan vensi cooper. Alhamdulillah dari usaha ini, kami bisa menyekolahkan dua anak kami sampai sarjana," pungkas Abdul Mutholib. (uji)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO