SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemerintah akhirnya mempertahankan Irfan Saputra sebagai Dirut Garuda. Sedang Peter Frans Gontha dan Yenny Wahid resmi mengundurkan diri sebagai komisaris. Kini komisaris dan direksi Garuda sangat ramping. Bahkan tanpa oposan. Otomatis Irfan Saputra bisa leluasa bergerak, mau diterbangkan ke mana Garuda itu.
Yang hebat, pengusaha pribumi Chairul Tanjung tetap mem-back up maskapai plat merah itu, meski ia rugi sekitar Rp 10 triliun. Tapi kenapa Peter F Gontha mau membongkar permainan Garuda? Permainan apa?
BACA JUGA:
- Program TJSL Petrokimia Gresik Raih Platinum Award di Ajang 4TH TJSL dan CSR Award 2024
- Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu
- Petrokimia Gresik di Usia 52 Tahun, Dorong Kemajuan Pertanian dan Industri Kimia Berkelanjutan
- Terima Audiensi Rumah BUMN, Pj Gubernur Jatim Ajak Berdayakan UMKM Tembus Pasar Ekspor
Silakan simak tulisan wartawan terkemuka, Dahlan Iskan, pagi ini, Ahad 15 Agustus 2021, di BANGSAONLINE.com. SALAM REDAKSI.
TERNYATA yang sedang menjabat direktur utama itu yang benar: Garuda baik-baik saja. Sampai sekarang. Masih bisa terbang.
Ketika terjadi perombakan dewan direksi dan dewan komisaris, Jumat lalu, sang dirut tetap aman di kursinya: Irfan Setiaputra.
Berarti langkah-langkah penyelamatan Garuda yang ia lakukan dianggap sudah di jalur yang benar. Harus didukung sepenuhnya oleh pemegang saham mayoritas: pemerintah Indonesia, yang diwakili Menteri BUMN.
Irfan memang baru menjabat Dirut Garuda Indonesia sejak 1,5 tahun lalu. Di saat Garuda sedang sulit-sulitnya. Tugas utama Irfan adalah menyelamatkan Garuda. Dirut sebelumnya diberhentikan terkait kasus sepeda baru Brompton yang diangkut dengan pesawat baru Garuda A340 dari Eropa.
Dukungan penuh pemerintah kepada Irfan itu terlihat dari komposisi baru dewan komisaris: hanya tiga orang. Sampai komisaris utamanya, Timur Sukirno, merangkap sebagai komisaris independen.
(Chairul Tanjung. foto: ist)
Begitu ramping dekom Garuda. Hanya tiga orang. Sampai-sampai seorang wartawan bertanya pada saya: apakah tidak menjadi seperti perusahaan keluarga.
"Tidak," jawab saya. "... Itu bagus, simple, dan hemat."
Mungkin wartawan sudah telanjur terbiasa melihat susunan dewan komisaris yang panjang. Banyak BUMN yang komisarisnya sampai sembilan orang. Apalagi di sebuah BUMN yang juga perusahaan publik: komisaris independennya saja harus dua orang.
Dengan hanya tiga komisaris maka proses sebuah persetujuan lebih cepat. Di Amerika, Jepang, Inggris, Singapura, dan banyak negara lainnya, bahkan tidak punya komisaris. Mereka menggunakan sistem one board.
Dukungan pemerintah ke Irfan itu juga terlihat dari latar belakang komisaris baru: tidak tahu banyak soal Garuda.
Komisaris utama yang baru, Timur Sukirno, berlatar belakang pengacara. Dikenal pula sebagai pengacara yang sering menangani perkara pailit dan litigasi.
Timur Sukirno sebelum ini adalah pengacara senior di kantor hukum terkenal, HHP (Hadiputranto, Hadinoto, & Partners).
Komisaris satunya lagi, Abdul Rachman, juga bukan orang yang tahu banyak Garuda. Sebelum ini, Abdul Rachman adalah komisaris utama Mandiri Taspen. Yakni anak perusahaan BUMN Bank Mandiri, yang didirikan bersama Taspen.
Tinggal satu orang komisaris lama di situ. Yang mewakili pemegang saham non pemerintah: Chairal Tanjung –adik Chairul Tanjung.
Chairal mewakili kepentingan CT Corp milik Chairul Tanjung. Yang di Garuda memegang saham 28 persen. Yang investasinya di Garuda itu membuat CT rugi kira-kira sampai Rp 10 triliun.
Klik Berita Selanjutnya