Jika Kiai As’ad Ali Ketum PBNU, Stop Minta Sumbangan Rendahkan NU, Kiai Asep Siap Biayai NU

Jika Kiai As’ad Ali Ketum PBNU, Stop Minta Sumbangan Rendahkan NU, Kiai Asep Siap Biayai NU Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: MMA/ BANGSAONLINE.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Sejumlah kiai mengaku lega setelah Dr KH As’ad Said Ali bersedia menjadi Calon Ketua Umum Tanfidziah PBNU dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung yang bakal digelar 23-25 Desember 2021. Kesediaan Kiai As’ad Ali itu disampaikan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim lewat HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

“Saya sudah menemui Kiai As’ad Ali. Saya tanya apakah bersedia jadi Calon . Kiai As’ad Ali menjawab bersedia, asal dibantu Kiai Asep,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada wartawan HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, Kamis (9/12/2021).

Kiai Asep mengaku siap membantu Kiai As’ad Ali, jika bantuan dirinya menjadi syarat. Bahkan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu mengaku siap berkorban harta kekayaannya untuk membiayai NU, jika Kiai As’ad terpiih dan memimpin NU.

“Catat kata-kata saya. Saya siap berkorban harta untuk NU, seperti selama ini saya berkorban untuk Pergunu. Saya telah mendirikan 514 Cabang, PW Pegunu, dan 10.000 ranting dari 17 ribu ranting. Sekali lagi, saya siap membiayai NU. Saya tak akan mengingkari kata-kata saya. Saya punya orang yang secara khusus melayani tiket. Namanya Pak Dofir. Tinggal telpon Pak Dofir aja kalau pengurus PBNU perlu tiket. Selama ini pengurus Pergunu juga begitu. Tinggal tinggal telepon Pak Dofir. Dalam satu bulan saya biayai tiket kadang sampai Rp 300 juta,” tegas kiai miliarder tapi dermawan itu kepada HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, Ahad (12/12/2021).

Kiai Asep dikenal luas sebagai ulama gemar sedekah. Bahkan semua tamu yang datang ke Amanatul Ummah diberi sarung dan uang. Tiap hari Kiai Asep menghabiskan uang ratusan juta. Pada Ramadan lalu Kiai Asep mengeluarkan sedekah dan zakat Rp 8 miliar, dibagikan kepada masyarakat secara terbuka.

“Pak Yai itu gatel tangannya, kalau gak memberi uang,” kata istrinya, Nyai Hj Ali Fadlilah, kepada HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

(Dr KH As'ad Said Ali bersama KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dalam suatu acara di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto. Foto: mma/ bangsaonline.com)

Kiai Asep mengaku tak takut kehabisan uang. “Penghasilan saya bersama istri tiap bulan Rp 9 miliar. Istri saya saja tiap bulan penghasilannya Rp 2 miliar,” tegas Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pegunu) itu.

Kiai Asep juga tak mau disumbang. Termasuk oleh Pemerintah. “Pak Jokowi dan Bu Khofifah pernah nawari sumbangan untuk pondok saya, tapi saya secara halus menolak. Saat itu saya ketemu Pak Jokowi. Pak Jokowi ditemani Pak Pratikno. Lalu Pak Pratikno nawari saya untuk membangun asrama di pondok saya. Saya jawab, terima kasih. Saya lebih baik mandiri Pak Presiden,” kata Kiai Asep sembari mengatakan tidak adil jika dirinya menerima sumbangan dari pemerintah, sementara banyak pesantren kecil tak mendapat sumbangan.

“Kalau saya menerima sumbangan Pak Jokowi, paling cuma Rp 200 miliar. Saya lebih suka minta barokahnya saja. Buktinya, sekarang saya bisa terus membangun. Saya sekarang harus memulai membangun International University yang akan memberikan beasiswa kepada semua negara, terutama negara-negara yang berpenduduk muslim. Masak kita kalah dengan Mesir, Maroko, dan Yaman. Padahal secara ekonomi Mesir dan Yaman itu lebih miskin dari kita. Tapi mereka punya perguruan tinggi yang memberikan beasiswa kepada negara lain, akhirnya terkenal,” kata Kiai Asep yang kini memiliki 12.000 santri sembari mengatakan bahwa untuk rintisan perguruan tinggi bertaraf internasional harus ada yang berani memulai agar Indonesia menjadi kiblat pendidikan dunia.

Menurut Kiai Asep, lahan untuk International University itu sudah siap. Sepanjang 2 kilometer. "Nanti nyambung dari pondok atas (Amanatul Ummah) ke Institut KH Abdul Chalim," tegas Kiai Asep yang kini punya tanah 100 hektare. 

Ia mengaku bahwa dirinya konglomerat kecil. Tapi soal kepedulian sosial nomor satu. “Kalau dibanding dengan para konglomerat nasional, mungkin saya nomor 1 juta atau buncit. Tapi saya akan terus mengajak semua aghniya’, para orang kaya untuk berbagi. Bersodaqoh. Kalau para konglomerat mau peduli, Indonesia ini selesai. Kemiskinan teratasi,” kata Kiai Asep yang saat pilpres kampanye kemenangan Jokowi-Kiai Ma’ruf Amin hingga ke Hongkong, Malaysia, Taiwan dan lainnya, tapi dengan biaya uang pribadi.

Karena itu Kiai Asep secara tegas siap membiayai NU. “Kalau misalnya para kiai, pengurus PBNU mau ke daerah, atau mau ke mana saja, saya yang nanggung semua tiket dan uang sakunya,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com. “Begitu juga kalau mau menggelar acara seperti rapat dan sebagainya, saya yang akan membiayai,” kata Kiai Asep penuh semangat.

Menurut Kiai Asep, performance NU selama ini kehilangan wibawa dan muru’ah karena banyak elit PBNU yang suka minta sumbangan. Karena itu, jika Kiai As’ad Ali terpilih kebiasaan tak terpuji itu harus distop.

“Sudahlah, sudah bukan zamannya lagi NU meminta-minta, mengajukan proposal, minta sumbangan seperti selama ini yang banyak merendahkan NU. Sampai PBNU dibully sebagai markas proposal. Itu sangat merendahkan organisasi yang didirikan para ulama besar, Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari, Mbah Wahab, dan kiai-kiai lain yang semuanya terkenal sangat ikhlas dan selalu berkorban. Apalagi di antara para pendiri NU juga ada abah saya sendiri, Kiai Abdul Chalim,” kata Kiai Asep yang kini gencar memberikan beasiswa kepada kader NU seluruh kabupaten di Indonesia. 

Kiai Asep optimistis kebiasaan buruk menjajakan proposal dan minta sumbangan itu bisa distop jika Kiai As’ad Said Ali terpilih sebagai ketua umum PBNU. Sebab, Kiai As’ad Ali sendiri sudah selesai urusan dunia. Bahkan sebaliknya, Kiai As’ad Ali banyak membiayai Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU).

Hingga berita ini ditulis, kesediaan Kiai As’ad jadi calon ketua umum PBNU terus menjadi perbincangan para kiai. Rata-rata para kiai itu menyambut hangat. Mereka merasa plong.

“Pilihan ini adalah alternatif dari dua calon atau pihak yang sudah deklarasi. Insyaallah Kiai As’ad bisa mengembalikan NU ke khitahnya,” tulis Prof Dr KH Endang Turmudzi, Sekjen PBNU periode 2004-2009, dalam grup WhatsApp para kiai, tokoh dan akademisi NU bertajuk Menjaga Marwah NU.

(Prof Dr KH Endang Turmudzi. Foto: ist)

BANGSAONLINE.com minta izin untuk mengutip tulisan tersebut. Kiai Endang Turmudzi yang dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Riset Sosiologi mempersilakan.

Menurut Kiai Endang Turmudzi, Kiai As’ad Ali visioner. “Pandangannya sesuai dengan koridor yang dicanangkan para muassis NU,” kata Kiai Endang Turmudzi.

Karena itu, Kiai Endang Turmudzi memohon kepada para kiai agar segera menyosilisasikan Kiai As’ad Ali. “PCNU dan PWNU harus tahu tentang mereka berdua itu,” kata Kiai Endang Turmudzi.

Dr Saeful Bahar, intelektual muda NU, juga sependapat. “Beliau (Kiai As’ad Ali) selalu mengorbankan diri menjadi faktor utama agar tak terjadi perpecahan..., tapi ide dan pengabdiannya telah menjadi toriqoh yang tak bisa dibendung di NU, Kak,” kata dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu kepada BANGSAONLINE.com.

Menurut dia, PKPNU adalah karya Kiai As’ad Ali. “Sudah berapa puluh atau ratusan ribu kader militan yang lahir dari PKPNU. Tak bisa dibendung. PB (NU) buat madrasah kader untuk menandingi , tetap tak bisa mengalahkan gelombang PKPNU..ha..ha...ha. Karena orang ikhlas seperti Kiai As’ad da kadernya, Kiai Mun’im DZ, Mas Dawar Adnan, Mas Enceng dan lain-lain, benar-benar berjuang, bukan mencari hidup di NU,” tegas Saeful Bahar yang kini pengurus PCNU Bondowoso. (mma)

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO