Minggu Besok, Tradisi Kebo-keboan Alasmalang Banyuwangi Digelar
Kamis, 29 September 2016 23:09 WIB
BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Banyuwangi Festival 2016, kembali mengangkat tradisi agraris di Banyuwangi. Salah satunya, di Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh Banyuwangi yang akan menggelar ritual kebo-keboan (Kerbau-kerbauan), Minggu 2 Oktober besok.
Ritual adat ini, digelar sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan panen berlangsung sukses. Pada tradisi ini, sejumlah petani di desa tersebut kerasukan roh leluhur dan bertingkah layaknya kebo (kerbau).
BACA JUGA:
Dongkrak Pencatatan KI Komunal, Kemenkumham Gandeng Pemkab Banyuwangi-Dewan Kesenian Blambangan
Pameran Seni Rupa ArtOs, Khofifah: Jadi Penyemangat Seniman Lokal untuk Terus Berkembang
Nelayan Muncar Gelar Petik Laut Secara Sederhana di Masa Pandemi
Kenalkan Tradisi pada Generasi Muda, Komunitas Adat Osing Banyuwangi Dirikan Sekolah Adat Pesinauan
Kebo melakukan ritual layaknya hewan kerbau dalam proses bercocok tanam. Mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga kerbau ini menemani petani saat menabur benih padi.
Menurut panitia penyelenggara, Indra Gunawan, tradisi ini dilakukan setiap awal bulan Suro penanggalan Jawa. Tradisi kebo-keboan ini sebenarnya telah diawali sejak satu minggu lalu dengan berziarah ke makam Buyut Karti. Buyut Karti, merupakan leluhur Desa Alasmalang yang mengawali tradisi ini sejak 300 tahun lalu.
“Konon, saat itu Desa Alasmalang dilanda wabah penyakit, lalu Buyut Karti mendapat wangsit untuk menggelar selamatan bersih desa. Selain juga adanya “petunjuk” menggelar adat kebo-keboan, di mana petani menjelma menjadi kerbau,” kata Indra.
Mengapa kerbau? Kerbau ini, imbuh Indra, simbolisasi mitra petani di sawah yang dianggap sangat berperan dalam meningkatkan hasil panen. Tradisi ini, nantinya akan tepat digelar Sabtu besok sekitar pukul 09.30 WIB. Ritual akan diawali kenduri desa, dimana warga membawa 12 tumpeng lengkap dengan ayam ingkungnya. Tumpeng ini pun dilengkapi 5 porsi jenang sengkolo, 7 porsi jenang suro.